Tuesday, September 28, 2010

Pertemanan Sukses

Sepertinya blog ini sudah berdebu setelah ditinggalkan oleh penulisnya yang pergi entah ke mana. Sudah saatnya Catatan Rimbawan kembali berbagi kepada sahabat-sahabat semua.

Liburan lebaran kemarin saya akhirnya bisa menyempatkan diri untuk pulang dan menginjakkan kaki di Kaltim setelah 1 tahun lebih harus menahan diri untuk pergi ke sana. Rasa-rasanya banyak sekali yang berubah dengan keluarga di rumah, Rendra (kakak) dan Ilmi (adik paling bungsu) terlihat lebih gemuk daripada sebelumnya dan Dayat (adik saya yang lebih tua dari Ilmi) badannya sudah setinggi saya. Bapak dan Ibu tidak banyak berubah. Suasana rumah juga banyak berubah, mulai dari susunan-susunan perabot hingga ada perabot-perabot yang baru pertama saya lihat. Semuanya kembali me-recharge pikiran saya setelah saya merasakan hidup di sebuah ruangan yang berukuran kira-kira 3 x 3 m. Nikmat rasanya merasakan kembali masakan ibu dan menikmati makan bersama keluarga.

Saya pulang ke Tenggarong, kota yang telah membesarkan dan banyak mendidik saya hingga menjadi seperti saat ini. Betapa nikmatnya sekolah di sana, maklum saja SPP sudah digratiskan sejak saya SD. Namun seperti yang biasa terjadi di Indonesia masih ada saja bisnis-bisnis yang mengotori "kegratisan" ini, entah dengan trik kewajiban membeli buku teks, seragam, dan lain-lain. Saya masih menikmati sistem yang mencekik ini hingga saya lulus SMP.

Atas saran orang tua, saya melanjutkan studi SMK di sebuah kota kecil yang bernama Bontang. Suasana yang baru mengiringi langkah saya selama 3 tahun. Saya akui biaya pendidikan di sana adalah Rp.0,00. Tidak ada bisnis sampingan oknum-oknum pendidik, rasanya bahagia sekali jika seluruh rakyat Indonesia bisa merasakan apa yang saya alami. Saya sangat merasakan penduduk kota ini sangat heterogen, ada Kutai, Banjar, Dayak, Bugis, Mamuju, Toraja, Jawa, Padang, Sunda, dan lain. Wajar saja, kota ini nampaknya memang tidak memiliki pendudk asli. Saya kira keberadaan 2 perusahaan besar, yakni PT. Pupuk Kaltim dan PT. Badak NGL, yang membuat banyaknya pendatang yang mencoba mengadu nasib di kota yang memiliki slogan Kota TAMAN ini. Saya pun termasuk pendatang itu pada 4 tahun yang lalu.

Saya menyempatkan diri untuk merasakan kembali udara Bontang, bukan lagi untuk urusan studi melainkan ingin bertemu sahabat-sahabat yang pernah memberi warna tersendiri dalam hidup saya selama 3 tahun. Nampaknya kekompakan yang dibangun sejak tahun awal kami bertemu sampai sekarang belum banyak pudar. Setiap orang sudah punya kehidupan masing-masing, ada yang sudah bisa mencari uang sendiri, ada yang masih menunggu panggilan dari perusahaan, ada yang serius melanjutkan studi di bangku kuliah, dan ada juga yang kuliahnya sekedar mengisi waktu. Saya bisa kembali bercengkrama dan makan-makan bersama. Iri rasanya melihat yang sudah memiliki kejelasan nasib, tidak seperti saya yang mungkin akan membawa perubahan yang baik pada negeri ini atau hanya akan menambah deretan pengangguran tak produktif. Kekompakan itu memang masih ada, tapi terkadang ada juga temen-teman yang kurang begitu antusias dengan pertemanan ini. Saya dapat mengambil hikmah dari kunjungan ini bahwa "pertemanan yang sukses bukanlah pertemanan yang terjadi hanya karena ada kepentingan, melainkan karena adanya keterikatan hati".

Hidup ini memang tak tentu, seperti ban sepeda, terkadang berada di atas, suatu ketika berada di bawah. Tidak ada masalah jika suatu saat kita berada di bawah, dengan catatan kita haruslah bersabar dan berikhtiar untuk kembali ke atas. Begitupula jika kita ada di atas, kesombongan hanya akan menjatuhkan kita dengan rasa sakit yang tak tertanggungkan.

Karena masih dalam bulan Syawal, saya Hairi Cipta mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin.