Thursday, June 24, 2010

UAS Day 3 (Imajinasi dan Partner)

Ujian Ekologi Hutan soalnya di luar dugaan semua. Tapi tidak apa-apalah yang penting saya sudah belajar semampunya.

Saya mencoba mempraktekkan cara belajar bersama partner dan menguatkan imajinasi untuk membantu hafalan. Alhamdulillah efeknya bagus. Kita bisa menghindari malas dan godaan-godaan lain saat belajar. Sedangkan imajinasi membuat kita akan lebih cepat mengingat suatu pelajaran. Gunakanlah imajinasi yang paling kuat dan upayakan imajinasi itu bisa keluar saat diperlukan. Untuk teknisnya saya posting lagi lain kali.. Insya Allah.

Sekian dulu posting singkat ini. Good Luck semuanya.

Wednesday, June 23, 2010

UAS Day 2 (Cobalah untuk Saling Memaafkan)

Hari ini saya tidak ada ujian, jadi saya tidak bercerita tentang ujian. Tadi pagi ada suatu peristiwa yang mungkin layak saya sebut sebagai ujian, sebuah ujian kehidupan.

Pukul 9.30 saya mendatangi kampus salah satu fakultas di Universitas Gadjah Mada dengan mengendarai BLACKBERRY Black. Sepertinya nampak aneh jika saya mengendarai sebuah handphone. Ya, itu bukan merek handphone tetapi merek sepeda, karena keisengan penjual yang menempel stiker bertulisan BLACKBERRY di badan sepeda. Sepeda yang beberapa bulan lalu saya beli di pasar sepeda Pugeran. Sedikit bercerita, saya agak heran ketika membeli sepeda di sana saya ditawari sepeda-sepeda keren yang nampaknya masih baru. Apa mungkin seseorang sebegitu cepat bosannya langsung menjual sepedanya yang masih mulus. Atau penjualnya yang melakukan pencurian, dan bisa juga ada yang mencuri sepeda lalu menjualnya ke pasar sepeda. Entahlah, Wallahu’alam.

Sepeda Blackberry

Kembali pada cerita saya, saya ke fakultas tersebut untuk mengantarkan sertifikat Seminar Nasional “Transformasi Sampah sebagai Upaya Penyelamatan Bumi” (baca posting sebelumnya) kepada salah satu peserta. Saya masuk ke dalam fakultas itu, alur bisa kita lihat pada ilustrasi dan ini penjelasannya:

1. Saya masuk tanpa menghiraukan tulisan di pos keamanan, tulisannya “PARKIR AMBIL KARCIS” (kalau tidak salah), karena saya pikir sepeda tidak perlu mengambil karcis.

2. Satpam (S2) yang berada di jalur tempat keluar kendaraan memanggil saya dan saya mendatangi dia dan berhenti di samping pos. Dia menyuruh saya pindah ke jalur satunya mas dengan nada sedikit jengkel,”Sana mas!”.
Maksud hati ingin memutar sepeda tetapi saya sengaja mendorong sepeda ke arah depan. Tanganku langsung ditarik tapi tidak terlalu keras, dia berbicara agak keras,” Lewat sana!”

Bukannya saya bermaksud bandel tetapi karena saya tidak tahu kalau S2 menganggap saya ingin kabur, saya tetap mendorong sepeda ke arah depan. Kali ini dia menarik tangan saya lebih keras dan bicara dengan nada lebih keras,” Jangan lewat sana (pen: jalur keluar, maksudnya saya jangan mendorong ke depan)!”

“Oh.. Saya mau memutar lewat depan pak, saya pikir di sana ada jalan buat mutar,”Saya akhirnya berdalih dan agak kesal mendapat perlakuan kasar.
Dia masih berbicara dengan nada keras,“Mundur kan bisa!” .
Sedangkan satpam yang lainnya (S1) nampak menggerutu karena tingkah lakuku.


3. Akhirnya saya mengikuti titah sang S2 dengan memundurkan sepeda dan langsung ke jalur masuk dan mengambil karcis. Saat meninggalkan pos saya sempat berkata kepada mereka berdua dan dengan mencoba menjaga nada bicara saya,” Jangan pakai emosi pak”.


ilustrasi
Saya kesal mendapat perlakuan seperti ini, saya tahu saya memang salah karena tidak mematuhi peraturan. Tetapi bukan semata-mata ingin melanggar, saya tidak tahu ada aturan seperti itu. Setelah diberitahu, saya sebenarnya sudah ingin mematuhi peraturan tetapi kok malah dikasari seolah-olah saya ini anak kecil yang bandel. Ya sudahlah utuk sementara saya kembali pada tujuan awal saya, ingin menyerahkan sertifikat.

Setelah memarkir sepeda di lahan parkir, saya langsung ke gedung utama dan menunggu peserta seminar tersebut di depan gedung. Cukup lama saya menunggu di depan gedung itu, sambil menunggu saya berpikir apa yang saya lakukan saat keluar dari fakultas ini. Saya sempat berpikir untuk menulis kritik saya di secarik kertas lalu saya berikan kepada mereka. Saya juga terpikir jika saya sudah menyerahkan karcis parkir saya segera pergi dan tanpa tersenyum. Pikiran-pikiran setan yang lain masih terus berusaha mempengaruhi pikiran saya.


Saya coba menghalau setan-setan yang bergelayutan di sekitar saya. Saya coba untuk khusnul zhon dan mengambil sisi positifnya. Saya berpikir wajar saja satpam bertindak seperti itu karena saya sudah melanggar aturan yang ada dan satpam-satpam itu bertugas untuk menindak para pelanggar aturan yang telah diberlakukan. Saya juga kembali menerawang peristiwa berbulan-bulan yang lalu, ketika saya harus kehilangan sepeda saya di Fakultas Kehutanan, fakultas saya. Saya seharusnya merasa bersyukur ada satpam yang sangat tegas untuk menjaga keamanan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Terus terang ketika di fakultas kehutanan tidak ada satpam yang bertanggung jawab untuk masalah kehilangan sepeda dan tidak ada pemberlakuan karcis untuk sepeda. Mungkin saja S1 dan S2 menganggap saya orang yang berniat jahat, sehingga harus dicegah jangan sampai terjadi.


Lega rasanya jika kita bisa mengambil sisi positif dari suatu peristiwa, dibanding terus-terusan mencoba mencari kesalahan-kesalahan orang, hanya membuat muka kita makin terlipat dan cepat tua. Lalu apa yang akan saya lakukan ketika keluar menyerahkan karcis? Tidak lama ada Hariawan keluar dari gedung, teman yang satu daerah saya yang kebetulan baru selesai melaksanakan ujian di gedung itu. Sambil menyodorkan sertifikat saya bertanya kepada Hariawan,”Wan.. kenal orang yang namanya ini?”
“Gak tau hair,” jawab Hariawan sambil memegang dan memperhatikan nama pada sertifikat itu. Setelah Amen, temannya, keluar mereka lalu pergi meninggalkan saya. Saya masih sabar menunggu orang yang saya cari. Tidak lama kemudian ada seorang wanita yang keluar dari gedung dan menghampiri saya, ”Mas yang mau ngasih sertifikat ya?” kata orang itu. “Iya mbak, maaf ya telat ngasihnya, terima kasih ya mbak saya pergi duluan,” Saya memberikan sertifikat itu dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Lega rasanya jika sudah menyerahkan sertifikat itu, seakan-akan ada beban yang hilang dari pundak ini. “Gak papa, terima kasih mas,” dia nampak sedang melihat tampilan sertifikat, mungkin juga untuk memastikan apakah namanya sudah tertulis dengan benar atau belum.

Saya segera ke lahan parkir untuk mengambil sepeda dan meninggalkan fakultas ini. Saya sudah tahu apa yang akan saya lakukan ketika tiba di pos keamanan.
Saya menyerahkan karcis kepada S2, sambil tersenyum saya bilang,” Maaf ya mas tadi saya gak tahu ada aturan gini, saya dari Kehutanan baru pertama kali ke sini.”
“Gak papa mas,” Kedua satpam (S1 dan S2) tersenyum sumringah sambil menyambut tangan saya untuk bersalaman erat. Raut muka mereka nampak sangat bersahabat.

Lega dan senang sekali rasanya bisa melakukan tindakan ini. Semuanya terasa indah ketika kita melupakan segala macam kesalahan dan saling memaafkan satu sama lain. Inilah yang mungkin layak dinamakan Win Win Solution. Saya senang mereka berdua juga dengan lapang dada menerima permintaan maaf saya. Alangkah tidak enaknya jika saya memilih untuk menyimpan dendam kepada mereka, pasti saya sendiri yang akan pusing.


Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah memberikan hidayah ini.


Wallahu'alam bis shawab

Monday, June 21, 2010

UAS Day 1 (Dari Status hingga Gramedia)

GSaya berjanji kepada diri saya sendiri untuk menulis blog setiap hari selama ujian akhir semester (UAS). Tujuan saya adalah menjadikan tulisan ini sebagai pembelajaran untuk diri sendiri maupun pembaca. Sekaligus sebagai catatan harian saya. Hasilnya tersaji seperti yang anda baca saat ini. Enjoy reading...

Hari ini saya awali dengan bangun pagi sekitar pukul 3.45 dan dilanjutkan dengan ibadah. Saya sendiri heran mengapa belakangan ini bisa bangun sepagi itu, siapa yang membangunkan saya? Setelah itu saya menyalakan Pico (netbook saya) untuk membuat cover makalah yang saya buat dan sedikit belajar untuk ujian nanti. Pagi-pagi memang enak dipakai untuk belajar, pikiran terasa lebih fresh dan lebih cepat masuknya.

Pagi-pagi online Facebook untuk melihat-lihat gimana kabar teman-teman di hari pertama UAS ini. Beberapa teman memasang status yang isinya tentang UAS, ini contohnya:

Shelvi Megawati Subiantoro: Bismillah.. Sukses UAS ny temnd2.. Semangad!
HeLdiyanti Anwar
: Bismillah...
Semoga uAs kali ini dapat d lewati dg baik n m'dptkn hsl yg m'muaskan... Amin.. Amin.. Amin y rabbal 'alamin.. :-)
Mizushima Aditya:
SEMANGAT UAS 4 Hari Berturut - turut ................... ^^v


Saya memilih untuk menyukai statusnya dan memberi komentar “amiin”, karena termotivasi oleh sabda Rasulullah saw.:”Jika seorang hamba Muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka malaikat berkata kepadanya,’Engkau juga mendapatkan yang sama (doa yang sama)’”(H.R. Muslim)

Sudah untuk keempat kalinya saya menjalani ujian di universitas, jadi tidak ada perasaan tegang yang berlebihan pada ujian kali ini. Ujian pertama hari ini adalah mata kuliah (makul) Ilmu Tanah Hutan (ITH) pada pukul 7.30 WIB. Saat awal semester ini, makul ini termasuk salah satu yang saya takuti. Alasannya, makul ini cukup untuk membuat rambut keriting saat menyimaknya. Setelah mid-term baru mulai terasa agak enak, soalnya waktunya untuk tugas presentasi mahasiswa berkelompok. Kelompok saya sukses maju sebagai kelompok yang maju urutan kedua dengan membawakan materi “Kebakaran pada Lahan Gambut” dengan slide asal-asalan dan meberikan jawaban sekenanya saat ditanya. Lumayanlah dapat pujian karena berani tampil duluan (baca: nekat).

Back to exam. Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim dan doa saya mulai mengerjakan ujian ITH. Soalnya 60% saya ketahui jawabannya sisanya masih dengan sedikit improvisasi dan sempat buntu sehingga menjawab asal-asalan untuk pertanyaan ini: Sifat tanah biologi lebih dinamis dibanding sifat fisika dan kimia tanah. Jelaskan mengapa sifat biologi tanah punya peran yang lebih dinamis terhadap tingkat kesuburan tanah hutan?? Alhamdulillah saya cukup puas dengan ujian yang pertama. Pelajaran yang bisa saya ambil, saat mengerjakan soal ujian ini ternyata materi yang berbulan-bulan sebelumnya saya ketahui ternyata masih nempel di ingatan. Jadi memang sudah seharusnya kita belajar secara rutin tanpa harus menunggu dekat ujian atau biasa dikenal dengan sebutan SKS (sistem kebut semalam).

Setelah keluar ujian pukul 9.00 WIB, saya harus melayangkan uang sebesar Rp 500.000,00 ke tangan saudari Diah. Uang ini digunakan untuk akomodasi selama Kuliah lapangan ke Jawa Barat (I like it ^_^). Sambil menunggu ujian berikutnya ada baiknya bersujud dulu kepada Allah di masjid tercinta, Al-Ihsan.


Masjid Al Ihsan Fakultas Kehutanan UGM

Ujian kedua untuk hari ini adalah makul Sosiologi Kehutanan dan Lingkungan (SKL) pukul 13.00. Makul ini selalu menjadi dongeng yang baik untuk tidur siang selama kuliah semester ini. Entah mengapa? Makul ini termasuk makul yang tidak begitu saya serap, terlalu tinggi. Seharusnya saya mengambil makul ini semester-semester berikutnya, tapi ya sudahlah. Ujian kali ini termasuk buruk, hanya 40 % yang bisa saya kerjakan, maklum belajarnya memakai SKS. Dua soal pertama saya lewati dengan sukses, tapi tiga soal berikutnya saya benar-benar menjawab dengan asal kena. Saat pertengahan ujian saya sempat mengantuk berat, kuliah dan ujian kok mirip-mirip ya,. Syukurnya tidak tertidur dan terkulai di kursi, malu juga lah kalau tidur ketika ujian. Pelajaran yang bisa kita ambil adalah, buat suasana yang tidak membuatmu mengantuk saat kuliah, entah jungkir balik atau berteriak ala Tarzan, saya tahu anda bisa lebih kreatif daripada itu. Pelajaran yang terpenting adalah… BELAJAR dengan benar.

Mari kita refreshing sebentar, saya dan Agung Perbowo pergi ke toko buku Gramedia. Sekedar lihat-lihat, seperti yang saya ceritakan tadi, uang saya sudah melayang jadi tidak bisa beli apa-apa kali ini. Tanpa tujuan yang jelas saya berputar-putar di dalam toko, ke rak remaja, buku impor(percayalah saya belum niat membelinya), bahasa, dan sempat sedikit membaca buku berjudul “Marmut Merah Jambu” yang ditulis oleh Raditya Dika. Maaf ya Mas Dika, saya tidak beli (Sekedar informasi waktu saya ikut training jurnalistik yang diadain di Fakultas Kedokteran UGM, ternyata Raditya Dika juga sedang mengisi acara lain di sana yang tiket masuknya lebih mahal..hehe. Waktu rehat saya sempat dengar suaranya tapi saya tidak melihat orangnya). Saya tertarik dengan sebuah buku tapi saya lupa judulnya apa yang jelas isinya mengenai perusahaan-perusahaan terbaik sepanjang masa. Saya tidak begitu heran, perusahaan milik orang-orang yahudi mendominasi dari beberapa perusahaan yang disajikan dalam buku tersebut. Ada Microsoft, Levi’s, Virgin, dan Walt Disney. Wajah yahudi yang memiliki hidung dan telinga mancung memang sudah sering kita lihat sebagai wajah para pengusaha sukses dengan kekayaannya yang melimpah ruah.



Pengusaha-pengusaha Yahudi


Sebelum pulang saya dan Agung sempat melihat-lihat rak majalah. National Geographic memang paling pas untuk memanjakan mata, penuh dengan foto-foto yang menakjubkan. Ada foto orang Mexico yang sedang “sembahyang” kepada dewa dalam bentuk patung tengkorak berjubah dan memegang tongkat yang di ujungnya ada mata pisau di ujung, sungguh ngeri melihatnya. Agung mengambil sebuah majalah Islam bernama Sabili, saya ikut membacanya. Selain isu Palestina, isu yang tidak pernah ketinggalan dibahas dalam media-media Islam adalah isu Kristenisasi di Bekasi (kota asal si Agung), termasuk di majalah Sabili. Saya khawatir terhadap umat Islam di sana, terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah, mereka berada di bawah ancaman pemurtadan.

Cukup panjang tulisan kali ini, semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat bagi saya dan para pembaca yang berkunjung dan meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini. Saya meminta doanya agar mendapat kelancaran saat mengerjakan ujian. Amiin. Let’s study again and see you tomorrow

Sumber images:
http://sonyarifin.files.wordpress.com/2009/06/mark-zuckerberg11.jpg
http://images.businessweek.com/ss/06/08/personalbest_timeline/image/bill_gates.jpg
http://popularbiographies.files.wordpress.com/2010/04/richard-branson.jpg
http://www.popcrunch.com/wp-content/uploads/2008/05/disney-walt.jpg
http://foundsf.org/images/b/b3/Jewishsf$levi-strauss-portrait.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs635.snc3/31844_1302553051571_1462825707_30657673_2198172_n.jpg

Friday, June 18, 2010

KETIKA BUKAN RASULULLAH YANG BERDAGANG

Beberapa yang lalu saya pergi ke sebuah warung untuk membeli sesuatu. Setelah mendapatkan apa yang saya cari, saya lalu mengantri untuk membayar. Sambil mengantri, tiba-tiba ada seorang bapak yang menurut perkiraan saya berumur 30 tahunan, berbadan kurus, logatnya bukan seperti logat orang Jawa, dan di tangannya ada sebotol minuman ringan yang telah dibuka tutup botolnya.
"Mas, botolnya berkarat, gak papa ya?" Bapak itu bertanya kepada penjual.
"Gak papa itu Pak, cuma luarnya kan," Penjual yang duduk di bawah menjawab sambil mendongakkan kepalanya.
"Kok bisa begini mas, kadaluwarsa gak ni?" Bapak itu tidak terima begitu saja dengan pernyataan penjual.
"Gak kadaluwarsa kok, itu karena kelamaan disimpan, Pak," Penjual itu menjawab dengan santai.
"Wah ini bahaya kalau ada karatnya begini," Bapak itu terlihat kecewa. "Lain kali bilang ke distributornya, kalau naruh barang di warung ini jangan ada yang berkarat."
"Tapi bukan gara-gara kami pak," Penjual membela diri.
"Saya memang gak bilang kalau mas penyebabnya, tapi lain kali mas bilang ke distributornya kalau barang yang ditaruh di sini bukan yang berkarat, bisa bahaya," Bapak ini nampaknya masih belum puas dengan jawaban penjual. "Kalau mas bilang ke distributornya, mas malah bisa dikasih uang. Saya beberapa kali ngajuin tuntutan gara-gara masalah kayak gini."
Penjual pun menjawab dengan wajah terlipat," Iya pak".
"Ini dibungkus aja. Saya sih gak masalah sama harganya, malah ntar mas rugi kalau saya sudah terlanjur buka tutupnya terus saya gak bayar," Bapak ini masih ingin berdebat.
Penjual ini menuangkan isi minuman ringan ini ke dalam sebuah plastik dan menyerahkannya kepada bapak tadi. Wajahnya masih tanpa senyuman.

hanya ilustrasi



Dari peristiwa ini ada beberapa pelajaran bisa kita ambil. Pertama, seorang penjual tidak boleh menganggap remeh kepada pelanggannya. Menurut analisis saya si penjual kemungkinan menganggap bapak-bapak ini orang yang tidak berpendidikan, sehingga bisa menerima begitu saja. Tetapi kenyataanya, jawaban dari bapak tadi adalah jawaban-jawaban yang jelas bisa mengalahkan alasan-alasan si penjual. Kedua, seharusnya setelah dikritik, penjual bukannya malah ngotot kepada pelanggan. Tetapi penjual sebaiknya segera mengganti barang yang cacat itu dengan barang yang baru dan lebih baik. Ketiga, penjual sebaiknya tetap bersikap ramah kepada pelanggan dan melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya. Kalau saya mendapat perlakuan seperti di atas, mungkin saya tidak akan berbelanja di sana lagi, kecuali terdesak/darurat. Keempat, pelanggan yang baik juga harus teliti terhadap barang yang dibelinya. Kelima, penjual berhak mengajukan pengaduan kepada distributor suatu barang jika memang ditemukan kecacatan, selain bisa menjaga citra warung, hal ini juga membuat produsen lebih cermat dalam mengontrol kualitas produknya.

Menurut pandangan Islam, Rasulullah saw. pernah bersabda
"Sesama Muslim adalah saudara. Oleh karena itu seseorang tidak boleh menjual barang yang ada cacatnya kepada saudaranya, namun ia tidak menjelaskan cacat tersebut." (HR. Ahmad dan lbnu Majaah)

Seperti itulah Rasulullah saw., sebagai muslim seharusnya kita mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah saw. agar mendapatkan barokah dari apa yang kita perdagangkan, bukan sekedar keuntungan materiil yang kita akan kita dapatkan. Sekecil apapun cacat dari barang kita seharusnya segera dijelaskan kepada pelanggan kita. Hal ini bisa menambah kepercayaan pelanggan kepada kita dan membuat transaksi kita diridhoi oleh Allah Swt.

Inilah Islam, tidak hanya mengatur urusan kita dengan Pencipta kita, Allah Swt. Tetapi juga mengatur hubungan kita dengan sesama manusia dan hubungan dengan diri kita sendiri. Semoga yang saya tulis ini bermanfaat bagi semua yang membaca.

Wallahu 'alam bis shawab

Sumber gambar:
http://kabaruntukkawan.files.wordpress.com/2009/12/dsc01521.jpg

Monday, June 14, 2010

REBIRTH

Tidak terasa tinggal satu minggu lagi. Ujian Akhir Semester (UAS) sebentar lagi tiba. Suatu hal yang menakutkan bagi mereka yang belum siap menghadapinya dan saat tepat untuk uji kemampuan bagi mereka yang telah siap menghadapi. Entah saya ada di golongan yang mana? Ada banyak pilihan dalam hidup ini, termasuk dalam ujian. Apakah kita memilih mendapat nilai yang bagus atau cukup puas dengan ilmu yang kita dapatkan? Tentu saja kalau saya harus memilih, saya akan pilih dua-duanya. Jika tidak bisa dua-duanya saya pilih ilmu saja, sebab nilai yang bagus tidak ada artinya apabila didapatkan dengan cara yang tidak halal. Anda boleh tidak setuju dengan saya dalam hal ini. Mimpi membuat tubuh ini terlahir kembali. Mimpi seakan-akan seperti katalis yang mampu mendorong kita mencapai energi maksimum untuk menggapai sebuah kesuksesan. Tapi, di mana mimpi itu berada? Atau yang lebih ekstrim, apakah saya punya mimpi?

Pertanyaan itu harus kita jawab sekarang sebelum terlambat, sebelum semua semangat ini hilang, sebelum raga ini tak mampu mewujudkan mimpi itu. Aku punya mimpi menjadi pengusaha pengolahan karet. Sebuah mimpi yang jarang didambakan orang, apalagi oleh anak-anak SD yang rata-rata cuma punya tiga cita-cita, yaitu dokter, insinyur, atau guru. Ayo mengaku, apa cita-citamu sewaktu masih kecil?


Salah satu langkah yang harus saya lewati agar dapat meraih mimpi ini adalah BELAJAR. Oke.. sudah saatnya tidak berleha-leha lagi. Let’s Study!

Images pinjam dari: http://vikikurdiansyah.files.wordpress.com/2009/10/beranimimpi.jpg

Tuesday, June 8, 2010

Jaket KMIK
















Ini beberapa desain jaket, saya juga gak tau yang mana yang paling bagus.
Komen ya!