Monday, April 14, 2014

Kerjakan Sesuatu dengan Sebaik-baiknya

Kembali lagi puasa menulis menjangkiti diri ini. Entah karena terlalu asik "bercinta" dengan skripsi atau karena gangguan-gangguan lain yang lebih "menggoda" daripada sekedar update blog ini. Karena hubungan saya dengan skripsi sudah hampir selesai, sudah saatnya mengakhiri mati suri atau juga bisa disebut hibernasi menulis ini.

Tulisan ringan ini sekedar untuk memberitahu kepada pembaca bahwa sang penulis Catatan Rimbawan masih hidup dan terus berusaha untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya. Yah, jangan sampai kalah dengan para blogger yang selalu "istiqomah" dan blogger-blogger baru yang bermunculan dengan gayanya masing-masing.

Adakah pembaca yang pernah mendengar nasihat berikut:
"Kerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya"
Nasihat singkat ini berkali-kali saya dengar dari salah seorang dosen. Sampai-sampai ketika saya melihat dosen tersebut yang ada di pikiran saya adalah nasihat ini. Dosen tersebut bernama Dr. Sri Nugroho Marsoem yang merupakan seorang dosen senior di bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM. 

Beliau mencontohkan salah satu alumni UGM yang awalnya bekerja di bagian persuratan pada suatu institusi, di mana tugasnya menyortir surat-surat yang masuk dan keluar. Nampaknya memang bukan pekerjaan yang menyenangkan. Namun alumni tersebut mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Sambil melakukan pekerjaannya dengan baik, beliau juga belajar dari isi surat-surat tersebut. Pengabdian berbuah manis, beliau pun pada akhirnya memimpin institusi tersebut. Beliau banyak belajar dari surat-surat tersebut dan pada akhirnya mampu memimpin institusi itu dengan baik. 

Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya ketika saya harus kebagian mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak saya sukai. Selama itu bukan tindakan yang bertentangan dengan agama, rasanya tidak ada alasan yang pantas bagi saya untuk tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Oleh karena itu nasihat itu terus saya pegang saat mengerjakan berbagai hal, entah itu laporan praktikum, tugas kuliah, tugas dakwah, tugas desain, bahkan skripsi. Ternyata beberapa kali saya membuktikan bahwa tidak ada ruginya mengaplikasikan nasihat tersebut. Terakhir saya merasakan dampak yang luar biasa dari nasihat ini ketika mengerjakan skripsi.
Berfoto bersama dengan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Dari kiri ke kanan: Dr. Widyanto Dwi Nugroho, Dr. Sri Rahayu, saya  sendiri dan Dr. Sri Nugroho Marsoem

Memang konsekuensi logis dari mengerjakan sesuatu dengan sebaiknya-baiknya adalah waktu pengerjaan yang lebih lama. Itu juga terjadi pada waktu saya mengerjakan skripsi, walaupun faktor kemalasan juga tidak bisa diabaikan :P. Namun saya akhirnya menyadari bahwa keseriusan saya dalam mengerjakan skripis bisa berbuah manis ketika skripsi saya hanya perlu direvisi satu kali ketika disetor ke dosen pembimbing. Padahal teman-teman yang lain harus bolak-balik revisi untuk mendapat ACC dari sang dosen pembimbing. 

Tidak berhenti sampai di situ, ketika draft skripsi saya sampai di tangan salah satu calon dosen penguji. Beliau menyukai tulisan saya karena apa yang saya tulis tidak sembarangan. Setidaknya ada angin segar sebelum saya menjalani sidang, maklum dosen yang satu ini dikenal sebagai dosen yang perfeksionis dan sangat teliti dalam mengoreksi "mahakarya" para mahasiswa. Mendengar pujian beliau seolah-olah menjadikan saya sedikit aman dari serangan beliau saat sidang pendadaran. Benar saja, beliau tidak menyerang saya dengan bahasa-bahasa yang tidak mengenakkan hati, melainkan hanya ingin meluruskan apa yang saya tulis karena memang pada beberapa bagian masih kurang tepat. Nah pasca sidang pendadaran pun saya mendapatkan kemudahan saat merevisi skripsi saya. Pada saat saya mengumpulkan hasil revisi saya, ternyata saya hanya diminta untuk menambahkan 1 kalimat dan memperbaiki layout gambar dan setelah itu bisa di-ACC! Padahal mahasiswa-mahasiswa lain harus bolak balik revisi untuk mendapatkan ACC beliau. Bahkan saya dipercaya untuk membantu peng-editan draft buku yang sedang ditulis beliau.

Inilah sedikit pengalaman saya yang berkaitan dengan nasihat tersebut. Oleh karena itu, saya pikir tidak ada salahnya untuk terus mempraktekkan nasihat ini. Tentu saja mengerjakan sesuatu dengan baik tidaklah sama dengan mengerjakan sesuatu terlalu lama. Pekerjaan yang baik juga harus dibarengi dengan ketepatan waktu dalam mengerjakannya. Saya rasa pembaca pun juga layak untuk mencoba nasihat ini.