Friday, November 16, 2012

Pekerjaan Rumah Tahun 1434 H

Kemarin, sudah 1434 tahun berlalu peristiwa hijrahnya Rasul Muhammad SAW dan para sahabat ke Madinah. Hijrah menjadi peristiwa yang begitu penting bagi umat Muslim, sehingga wajar Umar bin Khattab dan para sahabat menjadikan tahun hijrahnya Rasululllah SAW sebagai awal dari penanggalan kalender Hijriyah. 

Tahun baru Hijriyah bukan momen bagi umat muslim untuk merayakan tahun baru selayaknya kebanyakan umat manusia merayakan tahun baru masehi (1 Januari). Umat Muslim harus lebih baik dari itu dalam memaknai Tahun Baru Hijriyah.

Hijrahnya Rasulullah SAW mengandung makna penting tatkala Beliau meninggalkan tempat yang penuh ke-jahiliyah-an (Mekkah) menuju Madinah. Rasulullah SAW tidak sekedar lari dari masalah, tapi Beliau menyiapkan langkah-langkah yang sangat strategis untuk membangun kekuatan Islam. Kekuatan Islam yang dibangun Rasulullah SAW nantinya akan berbuah manis ketika Mekkah berhasilkan ditaklukkan, memusnahkan segala bentuk ke-jahiliyah-an dan meneranginya dengan cahaya Islam.


Kita memang pantas bersyukur karena telah berada di jalan yang insyaAllah benar, yaitu menjadikan Islam sebagai agama kita. Tetapi kita juga harus menyadari, masih banyak PR (pekerjaan rumah) yang harus diselesaikan oleh umat Muslim di seluruh dunia.

Kebiadaban mohon maaf― zionis israel semakin menjadi-jadi, malam 1 Muharram (awal penanggalan Hijriyah) menjadi ajang penyerangan Israel ke Palestina. Entah di mana akal sehat kaum zionis, merekalah yang lebih layak mendapat gelar teroris. Kalau bicara soal HAM (hak asasi manusia), merekalah kaum yang telah melakukan pelanggaran HAM berat. 

Di sisi lain, negeri-negeri Muslim belum bisa bersatu melawan kebiadaban Israel. Masing-masing sibuk dengan urusan negerinya masing-masing. Pemimpin-pemimpin negeri Muslim masih bangga menjadi boneka-boneka dari negara Barat. Mereka lebih senang melayani kepentingan barat yang mungkin terlihat lebih menguntungkan daripada berkontribusi membantu saudara seiman di Palestina dan negeri Muslim lainnya. 

Sesama negeri Muslim malah saling berkonfrontasi, seperti Indonesia dan Malaysia misalnya. Parahnya lagi, banyak dari rekan-rekan saya yang senang sekali mengungkapkan kebencian mereka kepada Malaysia. Seolah-olah Malaysia-lah musuh yang sebenar-benarnya. Semangat nasionalisme telah membutakan mata sebagian orang, nasionalisme telah mengalahkan spirit ukhuwah islamiyah yang harusnya terpatri lebih kuat dari ikatan-ikatan lainnya. Barangkali barat akan tertawa terbahak-bahak melihat kita (Indonesia dan Malaysia) bertengkar.

Masih di Asia Tenggara, belum lenyap ingatan kita tentang pembantaian Muslim Rohingya di Myanmar, Muslim Moro di Filipina yang hak-haknya juga direnggut. Sungguh mengerikan konspirasi kaum kafir untuk menindas kaum Muslim.

Sementara itu, revolusi beberapa negara di Timur Tengah (yang gaungnya sudah mulai mereda) juga tak membuahkan apa-apa. Revolusi itu hanya mengganti rezim lama dengan rezim baru yang bisa jadi lebih taat kepada barat. Revolusi ini justru semakin memperkokoh eksistensi barat di negeri Muslim. 

Mungkin juga belum lenyap dari ingatan kita mengenai film "Innocence of Muslim" yang dengan sangat nyata menghina Rasulullah SAW. Tidak jauh berbeda dengan karikatur-karikatur penghinaan terhadap Nabi yang dulu juga pernah dirilis di media massa Denmark. Sudah selayaknya umat Muslim marah akan hal ini. Penghinaan terhadap Nabi bukanlah hal yang sepele. 

Diskriminasi kaum muslim di beberapa negara barat juga pantas membuat kita geram. Larangan menggunakan hijab (jilbab), larangan sholat di tempat umum, dan tindakan-tindakan diskriminasi lain telah menciderai HAM yang biasanya digembar-gemborkan oleh barat. HAM seolah-olah hanya layak digunakan oleh kaum barat dan tidaklah layak untuk umat Muslim. 

Munculnya berhala-berhala masa kini yang berwujud manusia. Berhala yang saya maksud adalah selebritis-selebritis yang sayangnya diidolakan oleh banyak umat Muslim. Gaya-gaya yang dilakukan oleh selebritis banyak menjadi panutan alih-alih meneladani Rasulullah dan para sabahat. Kita dapat melihat selebritis Korea Selatan yang semakin digandrungi, sebagian umat Muslim rela merogoh kocek lebih dalam untuk memberikan dedikasi mereka kepada idola-idola (baca: berhala) semu ini. 

Ada banyak hal yang harus dibenahi. Barangkali memang benar apa yang disabdakan Rasulullah, saat ini umat muslim seperti buih-buih di lautan. Meskipun banyak, buih-buih sangatlah rapuh. Orang kafir begitu mudah untuk menindas kita. Penyebabnya juga sudah disampaikan oleh Rasulullah, yaitu wahn. Wahn adalah cinta dunia dan takut mati. Sungguh mengerikan penyakit wahn ini. Kepentingan dunia yang sesaat barangkali menjadi lebih penting dibandingkan kepentingan untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Hal ini nampaknya sudah semakin nyata saat ini. Misal, korupsi dapat kita pandang betapa cintanya manusia pada dunia, sampai-sampai larangan-larangan Allah tidak diindahkan. Banyak contoh kasus lain, misal zina yang dilakukan oleh remaja (bahkan tidak terkecuali orang dewasa dan telah menikah) seakan-akan menunjukkan bahwa kenikmatan dunia adalah segala-galanya, padahal zina adalah perbuatan yang dilaknat Allah. 

Menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin merupakan salah satu pembelajaran yang penting dari Rasululllah SAW. Termasuk dalam hal ini adalah menjadikan tahun 1434 H menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya. 

Nampaknya perlu perubahan yang revolusioner, tidak sekedar memulai dari diri sendiri. Tetapi juga adanya upaya untuk mengajak orang lain untuk berbuat lebih baik. Teringat saat saya sedang memaparkan materi AAI (Asistensi Agama Islam), salah seorang mahasiswa menyesalkan tidak adanya pemimpin yang sholeh dan mau melaksanakan syariah Islam di  negeri ini. 

Salahkah ketika kita merindukan seorang pemimpin yang sholeh dan sebuah negara yang menjalankan syariah Islam? Menurut saya sama sekali tidak, bahkan umat muslim dituntut untuk itu. Semenjak jatuhnya Kekhilafahan Islam terakhir di Turki tahun 1924, belum ada satu negeri muslim pun yang menerapkan syariah Islam secara menyeluruh. Bersatunya kaum Muslim dalam satu negara adalah hal yang urgen untuk menyelesaikan PR-PR umat Muslim. Umat Muslim harus berupaya untuk kuat lagi dan tidak menjadi buih di lautan. 

Mari tunjukkan kerinduan itu dengan berhijrah. Implementasikan hijrah dalam kehidupan kita. Yakinlah Islam bisa menunjukkan kita ke jalan kebenaran. Mari bersama-sama berjuang demi kejayaan Islam, apapun profesi anda. Bagi anda yang masih pelajar atau mahasiswa, belajarlah yang tekun agar nantinya anda bisa berkontribusi untuk Islam. Bagi anda yang sudah bekeluarga, tanamkan nilai-nilai Islam di dalam keluarga anda. Bagi anda yang sudah bekerja, bekerjalah dengan baik dan jalankan nilai-nilai Islam atas apa yang anda kerjakan. Ingatlah, memulai dari diri sendiri itu perlu namun kita juga perlu mengajak orang lain untuk berjuang bersama kita.

Nampaknya kutipan dari status Facebook Prof. Fahmi Amhar cocok untuk menutup tulisan ini:

HIJRAH adalah momentum perubahan terbesar:

- dari “Islam hanya diamalkan di level individu” menjadi “Islam ditegakkan secara total oleh individu, masyarakat dan negara”

- dari “syariat Islam hanya aspek aqidah & ibadah” menjadi “syariat Islam dalam segala aspek ibadah, muamalah, ukhuwah dan dakwah ke seluruh dunia”

- dari "Islam tampak dalam kesalehan individual" menjadi "Islam mewujud dalam kesalehan individual, sosial, kultural dan struktural" 


- dari “peran muslim sebagai hamba Allah” ke "peran muslim sebagai hamba Allah yang memiliki misi merahmati seluruh alam”.


Yogyakarta, 2 Muharram 1434 H


No comments:

Post a Comment