Dendrocalamus asper
Bambu adalah salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan hasil hutan non kayu. Bambu merupakan anggota suku botani Gramineae. Indonesia memiliki 10 % (154 jenis) dari keanekaragaman bambu (1250-1500 jenis)
Bambu banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Tidak hanya masyarakat pedesaan atau masyarakat yang tinggal di sekitar hutan saja yang memanfaatkan bambu, masyarakat perkotaan pun banyak memanfaatkan bambu. Di daerah pedesaan, bambu sudah digunakan selama berabad-abad untuk perumahan dan keperluan konstruksinya. Hal ini dikarenakan fleksibilitas dan kekuatan dari bambu. Di Indonesia beberapa jenis bambu tumbuh dengan liar dapat menguasai tempat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya hutan bambu tunggal dan hutan seperti ini rawan terhadap kebakaran. Jenis-jenis bambu di Indonesia Di Indonesia, diperkirakan ada 154 jenis bambu. Termasuk di dalamnya ada 23 jenis yang merupakan jenis yang berasal dari luar negeri dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. Selain itu ada 14 jenis yang hanya ditanam di Kebun Raya (Kebun Raya bogor, Cibodas, Purwodadi, dan Ekakarya, Bali). Dari 117 jenis bambu asli Indonesia yang terdiri dari 12 marga, umumnya tumbuh tersebar luas baik ditanam maupun tumbuh liar di hutan primer dan sekunder. Marga Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum merupakan marga yang umumnya ditanam penduduk di pedesaan atau tumbuh di hutan sekunder. Sedangkan marga Dinochloa, Fimbribambusa, Nastus, Neololeba, Parabambusa, Pinga, Racemobambos, dan Sphaerobambos tumbuh tersebar di hutan sekunder atau hutan primer. Tabel 1. Jenis bambu yang sudah dikomersialkan No Nama Daerah Nama Ilmiah 1 Bambu duri Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schulter 2 Bambu putih Bambusa glaucophylla Widjaja 3 Bambu tutul Bambusa maculata Widjaja 4 Bambu cina Bambusa multiplex (Lour.) Raeuschel ex J.A. & J.H. Schultes 5 Bambu ampel Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl 6 Bambu betung Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne 7 Bambu Taiwan Dendrocalamus latiflorus Munro 8 Bambu tali Gigantochloa apus (J.A.& J.H. Schultes) Kurz 9 Bambu hitam Gigantochloa atroviolacea Widjaja 10 Bambu ater Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz 11 Bambu manggong Gigantochloa manggong Widjaja 12 Bambu gombong Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja 13 Bambu lampar, Bambu nipis Schizostachyum zollingeri Steud. Tabel 2 Jenis-jenis bambu yang diusulkan untuk dikembangkan sebagai produk yang diekspor No Nama Daerah Nama ilmiah 1 Bambu duri Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schultes 2 Bambu Malaysia Bambusa heterostachya (Munro) Holttum 3 Bambu ampel Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl 4 Bambu betung Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne 5 Loleba Neololeba atra (Lindl.) Widjaja 6 Bambu tali Gigantochloa apus (J.A.& J.H. Schultes) Kurz 7 Bambu hitam Gigantochloa atroviolacea Widjaja 8 Bambu ater Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz 9 Bambu abe Gigantochloa balui K.M. Wong 10 Bambu gombong Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja 11 Bambu kapal Gigantochloa scortechinii Gamble 12 Bambu lampar, bambu nipis Schizostachyum zollingeri Steud. Iklim dan tempat Tumbuh Bambu tumbuh hampir di semua kondisi baik iklim kering maupun iklim basah, dan juga di lahan basah maupun kering. Walaupun demikian bambu sangat cocok tumbuh di tanah asam, di tempat beriklim kering tetapi dengan curah hujan cukup. Pada umumnya semua jenis bambu masih dapat tumbuh di tempat beriklim kering dengan curah hujan rendah karena bambu sangat mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Walaupun masih dapat tumbuh, biasanya diameter dan ketebalan dinding buluh sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat. Karena iklimnya yang kering bambu menjadi berdiameter kecil dengan dinding buluh yang tebal , sedangkan bila tumbuh di daerah yang beriklim basah diameter bambu dapat lebih besar dengan dinding buluh yang lebih tipis. Di daerah yang selalu basah atau tergenangi air selama 3 bulan per tahun hanya jenis-jenis bambu tertentu yang biasanya tumbuh di rawa tergenang atau di tempat becek berair. Jenis-jenis bambu tersebut adalah Bambusa vulgaris, Neololeba atra dan kerabatnya, Schizostachyum lengguanii, dan Racemobambos reholttumianus. Jenis lain lebih baik tidak ditanam di tempat yang tergenang air, karena akan mempengaruhi pertumbuhannya. Bambu jenis lain, walaupun tidak tahan tumbuh di lahan tergenang, masih dapat ditanam di pinggir sungai untuk mengurangi dan menahan erosi. Air hujan yang lalu pun masih dapat ditahan oleh perakaran bambu sehingga air dapat tertahan dalam tanah. Hama dan penyakit Banyak jenis bambu yang dipengaruhi oleh berbagai macam penyakit dan hama. Dalam pembibitan di Asia, penyakit utama seperti karat daun oleh Dasturella divina dan infeksi dedaunan oleh Exserohilum spp. danBipolaris spp. Hampir 700 spesies serangga di Cina, 180 di India, dan 80 di Jepang telah dihubungkan dengan serangan terhadap bambu. Sifat Fisik -kadar air (moisture content) Kadar air pada batang bambu dapat mempengaruhi sifat mekaniknya. Ukuran kadar air berdasarkan berat kering batang bambu, rumusnya ((berat – berat kering)/berat kering)x 100%). Berat batang bambu dewasa (mature) yang segar adalah 50-99% dan sedangkan yang belum dewasa (immature ) adalah 80-150%. Bambu dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 12-18 % -Densitas (density) Sebagai contoh kerapatan jenis Dendrocalamus strictus berkisar antara 600-900 kg/m3 pada kadar air 12% -Titik jenuh serat (fibre saturation point) Titik jenuh serat (TJS) adalah titik di mana tidak ada lagi air bebas (free water) pada batang bambu namun masih ada pada dinding sel masih jenuh dengan air (air terikat). Pada kenyataannya serat dan parenkim memiliki TJS yang berbeda. TJS dinyatakan dengan persentase, sebagai contoh untuk Dendrocalamus strictus TjS-nya adalah 20%. -Penyusutan (Shrinkage) Bambu akan langsung menyusut setelah dipanen tetapi tidak belangsung seragam. Penyusutan mempengaruhi ketebalan dinding batang dan juga diameter. Pengeringan bambu dewasa sekitar 20% akan menyebabkan penyusutan sebesar 4-14% tebal dinding dan 3-12% untuk diameternya. Penyusutan yang paling besar ada pada arah radial, lalu tangensial, dan terakhir adalah longitudinal. Manfaat Bambu -Bahan baku pulp dan kertas -Material bangunan Bambu dapat digunakan untuk membuat dinding, atap, rangka atap, rangka dinding, tiang, lantai, jembatan dan tangga. - keranjang, nyiru, wadah nasi, kipas, dan lain-lain -alat musik Ada tiga tipe, yaitu idiophone (perkusi), aerophone (alat musik tiup), chordophone (alat musik petik) -kerajinan tangan -pagar, pemecah angin (wind breaker), dan hiasan (ornamental) -Kegunaan lain Pembuatan tusuk sate, sumpit, perangkap ikan, pembuatan makanan tradisional (sayur rebung, lemang dan sejenis yoghurt dari susu kerbau), bahan pakaian Daftar Pustaka Dransfield, S. & Widjaja, E. A. (Editors). 1995. Plant Resources of South-East Asia No.7. Bamboos. Backhuys Publisher, Leiden. 189 pp. Sastrapradja, S. Widjaja, E. A. Prawiroatmodjo, S. Soenarko, S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Proyek Sumber Daya Ekonomi, Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor Widjaja, E. A. Utami, N.W., Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor Daftar Laman Anonim. Bamboo Faq. http://www.bamboo-oz.com.au/FAQ.html. Diakses pada tanggal 12 Mei 2011 pukul 14.30
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete