Saya sempat berkunjung ke Kota Bontang pada tanggal 29-31 Januari 2012. Untuk kembali ke Tenggarong pada tanggal 31 Januari, saya memilih angkutan bus. Kalau sudah di terminal bus, saya tidak memilih-milih untuk naik bus non AC atau bis AC, yang penting naik bus menuju Samarinda (untuk ke Tenggarong memang harus lewat Samarinda dulu). Kebetulan ketika tiba di terminal adalah bus non AC dan kondisi bus nya kelihatan cukup baik. Perasaan kurang nyaman muncul ketika teman yang mengantarkan saya, Mustafa, melihat baut yang masih kendur pada roda sebelah kanan saat bus sedang dicek. Bautnya memang sangat kendur saat dipegang, syukurlah dilakukan pengecekan dulu sebelum berangkat. Saya hanya bisa mengucapkan Bismilllah, berharap tidak terjadi hal-hal buruk saat perjalanan.
Akhirnya sekitar pukul 10 kurang beberapa menit bus sudah mulai berjalan. Kursi di dalam bus memang terlihat belum penuh saat berangkat. Sudah menjadi hal yang lazim bus menaikkan penumpang di tengah-tengah perjalanan dan membayar tiket ketika sudah di atas bus. Di tengah-tengah perjalanan, bus sering berhenti untuk menaikkan penumpang. Penumpang di dalam bus multi etnis, bisa dimaklumi karena banyak penduduk daerah lain yang mengadu nasib di Kalimantan Timur, khususnya di Bontang. Bahkan ada pernyataan bahwa di Bontang tidak ada penduduk aslinya.
Selang 30 menit perjalanan, perasaan kurang nyaman saya menjadi kenyataan. Namun bukan disebabkan oleh roda yang lepas atau bocor. Melainkan karena berhadapan dengan truk yang melaju dengan kecepatan tinggi pada arah yang berlawanan. Penumpang di dalam bus sempat histeris mengingat kejadian yang tak diduga-duga itu terjadi begitu cepat. Saya sendiri baru menyadari ketika truk itu sudah mulai mendekat. Sudahlah, saya sudah pasrah kalau kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Saya sangat ingat para penumpang banyak berteriak ketika tabrakan antara bus yang kami tumpangi dengan truk hampir terjadi. Sopir yang sadar akan keadaan berbahaya ini segera mengambil inisiatif dengan membanting kemudi bus ke sebelah kiri dengan maksud menghindari benturan dengan truk.
Whusssssssss ... buuuk .. suara truk ketika melintas dengan kecepatan tinggi di sebelah kanan bus kami dan selang beberapa saat bus sudah berada di belakang bus kami. Untungnya kami tidak bertabrakan dengan truk, tapi suara benturan apa yang terdengar setelah truk melintas? Ternyata truk sudah menyenggol bagian belakang mobil pick up bermuatan durian di depannya yang berjalan searah dengan truk tersebut. Mobil pick up harus terguling dan durian yang dimuatnya berhamburan di jalanan.
Kondisi jalan saat itu memang merupakan sebuah turunan bagi truk dan mobil pick up dan tanjakan bagi bus kami. Kondisi fisik jalan juga tidak begitu bagus yaitu berlubang-lubang. Kondisi ini membuat mobil pick up memperlambat lajunya, namun entah kenapa truk di belakangnya tidak memperlambat laju dan nampak ingin menyalip mobil pick up. Sedangkan bus kami juga dalam posisi yang berbahaya karena sedang bertatap muka dengan truk. Penumpang bus banyak yang bersyukur karena inisiatif sopir bus yang langsung membanting stir bus ke kiri sehingga tabrakan bisa terhindarkan. Namun nasib kurang baik menimpa pengemudi dan penumpang mobil pick up pembawa durian itu. Maksud hati ingin mencari rizki malah harus rela ditabrak truk yang menyebabkan mobil pick up terguling.
Truk yang telah menabrak pick up |
Pick up pembawa durian yang terguling |
Berkaitan dengan pengemudi yang lalai, salah satunya bisa disebabkan oleh pengaruh obat-obatan dan minuman keras saat mengemudi (tragedi Tugu Tani misalnya). Hal ini mengingatkan kepada kita tentang dihapusnya Perda Minuman Keras yang sebelumnya telah diberlakukan di beberapa daerah. Alasannya karena bertentangan dengan aturan perundang-undangan yang berada di atasnya yaitu Keppres No.3 tahun 1997. Panghapusan yang nyeleneh ini menjadikan saya miris, ketika tidak adanya regulasi yang melarang penyalahgunaan miras sudah dipastikan banyak kalangan akan dengan mudah mendapatkan miras. Termasuk dalam hal ini adalah pengemudi kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun umum. Jangan hanya mengutuk dan menyalahkan pengemudi kendaraan ketika terjadi lakalantas. Salahkan juga orang-orang yang duduk di atas dan membuat peraturan perundang-undangan dengan hawa nafsunya sendiri. Inilah konsekuensi dari mengambil demokrasi sebagai panutan dan meninggalkan hukum Allah. Apakah anda mau menjadi salah seorang yang terlibat dalam membolehkan suatu hal dengan legalitas peraturan padahal Allah sudah melarangnya? (catrim)
No comments:
Post a Comment