Saturday, April 2, 2016

Bertualang ke Florence bersama Langdon


Penampakan novel Inferno
Sumber; Koleksi Pribadi
Terbangun di rumah sakit yang berada di luar negeri membuat Robert Langdon, seorang Profesor bidang ikonologi dan simbologi dari Universitas Harvard, benar-benar kebingungan. Dia terbangun di Florence, Italia, setelah mengalami mimpi buruk yang benar-benar berbekas di memorinya. Baru saja terbangun dia  harus menghadapi ancaman dari seseorang yang mencoba merenggut nyawanya.

Kali ini Dan Brown kembali lagi dengan kisah-kisah thrilller dengan tetap menghadirkan Robert Langdon sebagai tokoh utama. Novel ini telah lama terbit, namun kebetulan saya baru bisa menyempatkan waktu untuk menyelesaikan review ini. Brown tak pernah berhenti menampilkan sosok Langdon sebagai seorang profesor yang selalu cerdas memecahkan teka-teki berhubungan dengan simbol-simbol. Saking cerdasnya saya berpikir, apa mungkin ada orang akademisi secerdas itu yang otaknya seolah-olah seperti komputer kecepatan tinggi yang bisa mengakses ingatan dengan cepat setelah melihat fakta-fakta yang dia temukan. Jika ada yang menyukai tv serial Perception, Robert Langdon mirip seperti tokoh Daniel Pierce (diperankan oleh Eric McCormack). Bedanya, Daniel Pierce ahli neurosains yang juga dosen dan sering dimintai oleh FBI untuk memecahkan kasus-kasus yang diduga pelakunya menderita kelainan syaraf. Daniel Pierce juga menunjukkan kecerdasan luar biasa yang bisa mendiagnosis berbagai kelainan syaraf secara tepat. Andai di Indonesia bisa menemukan profesor-profesor seperti mereka.


Hagia Sophia
Sumber: http://www.teslasociety.com/pictures/Roman%20Empire%20Images/RomanEmpire3.jpg
Kembali ke Inferno, Langdon kali ini ditemani oleh Sienna Brooks melewati pengejaran yang menegangkan dari sosok-sosok yang tidak 'mereka' kenal, sekaligus harus mencoba mengembalikan ingatannya dan menemukan apa yang membawa Langdon ke Florence. Seperti biasanya, Brown mengajak penggemarnya berjalan-jalan menyusuri kota yang menjadi latar belakang novelnya, menyelipkan pengetahuan dan sejarah di dalam novel yang memiliki total 620 halaman ini. Kita disuguhi lokasi-lokasi menarik dan karya-karya seni bersejarah di Florence. Rasa-rasanya novel ini malah bisa menjadi referensi untuk berjalan-jalan di Florence. Tidak hanya Florence, pembaca juga akan diajak menuju Venesia dan Istanbul. Dalam rangka apa Langdon pergi ke Istanbul?
Venesia
Sumber: https://scdn3.thomascook.com/crop?imageUrl=http://magnolia.production.thomascook.io/wcms/dam/tcuk/city-breaks/venice/1venicehero1.jpg&maxWidth=1200&maxHeight=0
Pertama kali, Langdon dan Sienna disuguhi dengan gambaran Mappa dell'Inferno karya Botticelli yang tersimpan dalam sebuah proyektor kecil yang terselip di jaket Langdon, lagi-lagi Langdon lupa mengapa barang itu bisa berada di jaketnya. Mappa dell'Inferno adalah lukisan yang merupakan visualisasi dari Divine Comedy karya Dante Alighieri. Namun anehnya ada yang berbeda dari penampakan lukisan ini, di mana ditemukan huruf-huruf C A T R O V A C E R. Dengan kemampuan yang sudah teruji dalam memecahkan teka-teki, huruf ini membawanya ke Palazzo Vecchio untuk menemukan mural yang bertuliskan Cerca Trova (bahasa Italia) yang memiliki arti CARI dan MENEMUKAN. Sayangnya perjalanan mereka tidak pernah mulus, sosok-sosok misterius memaksa mereka untuk mencari jalan-jalan tersembunyi untuk mencapai tempat yang mereka tuju. 
Mappa dell'Inferno
http://www.insideinferno.com/en/florence/botticelli-mappa-dell-inferno
Secara garis besar, novel ini berhubungan dengan fakta bahwa penduduk dunia terus-menerus meningkat atau dikenal juga dengan istilah overpopulasi. Meningkatnya kualitas hidup manusia, berkembangnnya ilmu kedokteran dan pengobatan, dan juga mitigasi-mitigasi terhadap bencana menjadikan angka kematian dapat diturunkan, sehingga overpopulasi sangat mungkin terjadi di masa depan. Hal ini tidak serta-merta membuat semua orang senang. Ada orang-orang yang berideologi bahwa bumi harus diselamatkan dengan mengurangi jumlah penduduk dunia. Dalam novel ini, ideologi tersebut diemban oleh  Bertrand Zobrist. Zobrist begitu terobsesi dengan karya Dante. Zobrist adalah seorang yang sangat jenius namun terlalu gila untuk mewujudkan mimpinya untuk melakukan depopulasi. Perjuangan Zobrist ini dibantu oleh Consortium. Zobrist meninggalkan teka-teki yang sangat sulit dipecahkan dan nantinya bisa mengarah kepada lokasi diletakkannya "sesuatu" yang akan digunakan untuk menunaikan misi ideologisnya. WHO (World Health Organization ) tidak tinggal diam untuk mencegah aksi Zobrist.

Palazzo Vecchio
sumber: http://www.museumsinflorence.com/foto/palazzo%20vecchio/image/pv.jpg

Saya menemukan hal yang unik mengenai tokoh-tokoh dalam novel ini. Semenjak awal kita dibuat bertanya-tanya mengapa begini mengapa begitu, apakah dia tokoh baik atau tokoh buruk, mengapa Langdon terlihat seperti dalam pengejaran. Siapa sebenarnya Sienna yang membersamai Langdon dalam novel ini misalnya? Apakah hanya kebetulan bertemu dengan Langdon atau memang sudah merencanakan untuk menemani Langdon memecahkan teka-teki. Sangat sulit sekali menebaknya di awal-awal cerita.

Paling tidak ada beberapa pihak yang muncul dalam novel ini. Pihak-pihak penting itu ada Consortium yang merupakan sebuah organisasi yang memiliki misi untuk membantu mengamankan perorangan yang membutuhkan privasi terhadap apa yang mereka kerjakan. Mereka bisa membuat orang tidak terganggu melaksanakan aktivitas-aktivitas rahasia atas pengalihan-pengalihan yang mereka buat. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut, dana besar harus disediakan orang yang menginginkan jasa tersebut. Organisasi ini benar-benar ada, namun kali ini Dan Brown menyamarkan nama asli organisasi itu. Keterlibatan Consortium adalah melindungi Zobrist untuk melaksanakan pekerjaannya yang akan berhubungan dengan pemusnahan umat manusia. Selain itu WHO juga mempunyai porsi besar dalam novel ini. WHO yang selama ini kita kenal sebagai organisasi yang ada untuk memecahkan persoalan kesehatan di seluruh dunia tentu akan sangat membenci apa yang Zobrist perjuangkan. 

Novel ini sangat bagus untuk menambah pengetahuan, namun saking banyaknya seolah-olah novel ini menjadi seperti ensiklopedia. Selain itu, penggambaran dari lokasi-lokasi yang didatangi Langdon juga membuat kita tergoda untuk browsing lokasi yang dimaksud, sehingga menguras cukup banyak waktu dan pikiran untuk menyelesaikan membaca novel ini. Tapi percayalah perjuangan membaca novel ini akan terbayar dengan sajian cerita yang sangat memukau. Mungkin masih banyak teka-teki ketika membaca artikel ini. Saya sarankan untuk segera membaca novelnya sendiri ya. Kurang etis kalau saya membeberkan semuanya di sini. Satu hal yang ingin saya lakukan setelah membaca novel ini adalah membaca karya fenomenal Dante: Divine Comedy.

Kabarnya novel ini akan difilmkan. Melihat bagusnya novel ini ditulis, ekspektasi saya novel ini akan sangat bagus jika difilmkan dan nampaknya Inferno akan menjadi salah satu daftar yang film yang ingin saya tonton. 




3 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. Oh Florence yang indah.... saya terkenang keindahan Duomo yang kubahnya dirancang oleh Brunelleschi terbuat dari batu bata dengan bentuk oktagonal, adalah kubah batu bata terbesar di dunia. Kubah itu adalah mahakarya yang tahan akan halilintar, gempa dan perjalanan waktu, dan selalu menarik perhatian orang-orang yang melihatnya dari jauh.

    Saya mencoba menulis blog tentang Florence Duomo , semoga anda suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/04/florence-di-piazza-del-duomo_11.html

    ReplyDelete