Thursday, September 26, 2013

Berteman dengan Mahasiswa Negeri Sakura (bagian I)

ENGLISH VERSION 

Berkenalan dengan mahasiswa dari negara lain merupakan pengalaman yang menarik. Perbedaan kondisi antara Indonesia dengan negara lain membuat kita nggak akan kehilangan topik pembicaraan dengan mereka. Jadi, manfaatkanlah kesempatan itu. Saya yakin suatu saat akan berguna.

Saya pun mendapatkan kesempatan itu, sehingga tanpa pikir panjang saya manfaatkan saja kesempatan itu. Dosen pembimbing skripsi saya, Pak Widy, ngasih tugas yang tak biasa. Jadi ceritanya, ada tiga orang mahasiswa Jepang yang merupakan rekan satu  laboratorium  dari istri Pak Widy (yang mengambil master di Jepang). Mereka bertiga datang ke Indonesia dalam rangka mengikuti Summer School. Dua orang mahasiswa mengikuti Summer School di Bali dan satu orang lagi di Bogor. Nah, setelah mengikuti summer school selama 1 minggu mereka ingin berkunjung ke Yogyakarta. Maka Pak Widy lah yang mendapat tugas untuk menemani mereka. Namun, dikarenakan kesibukan beliau mengurus akreditasi program studi kehutanan, beliau meminta para mahasiswa bimbingannya untuk menggantikan tugas itu.


Mari saya perkenalkan anda kepada mahasiswa-mahasiswa Jepang itu, mereka adalah Kana Nakano, Ayumi Itsuji, dan Ryota Tsuciya. Ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian dari Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT). Mereka ternyata satu angkatan dengan saya, sama-sama masuk kuliah pada tahun 2009. Namun mereka masih belum lulus kok. Jadi, statusnya sama-sama masih mahasiswa :).

Kana Nakano
Ryota Tsuciya
Ayumi Itsuji
Oh iya, tentunya saya bukan satu-satunya mahasiswa yang dapat tugas menemani ketiga mahasiswa Jepang itu. Saya juga mengajak M. Fahrudin alias Fahri (ini adalah international name nya), dan Shofi Rukhama yang biasa dipanggil Shofi.

Pertemuan kami yang pertama adalah saat kami bertemu di Wisma MM UGM, tempat mereka menginap. Namun Shofi dan Ryota belum ikut. Pak Widy bermaksud memperkenalkan saya dan Fahri kepada Kana dan Ayumi. Ciri-ciri orang Jepang terlihat pada diri Kana dan Ayumi, mata yang sipit dan kulit yang putih. Lucu juga ketika Ayumi memperkenalkan diri dalam bahasa Indonesia,”Nama saya Ayumi.” Entah dari mana dia belajar kalimat itu, mungkin ketika berada di Bali.

Pertemuan dilanjutkan dengan dinner. Awalnya Kana dan Ayumi diminta memilih mau makan apa. Pilihan jatuh pada bakso, namun sayangnya belum menemukan rumah makan bakso yang cocok. Sehingga pilihan jatuh pada Warung Padang Sederhana. Namun saya yakin harganya tidak sesederhana namanya. Ya, itu pertama kalinya, saya dan Fahri makan di sana. Saya memang tidak bisa secara detil menjelaskan cita rasa masakan, namun terus terang makanan di sana ternyata memang enak. Sedangkan Kana dan Ayumi nampaknya menikmati dan bilang “Oishi.”

Kadang-kadang, Pak Widy dan mereka  berdua bercakap-cakap dalam bahasa Jepang. Terus terang itu membuat saya dan Fahri roaming. Ya wajar saja, Pak Widy menghabiskan waktu yang cukup lama di Jepang dalam rangka studi master dan doktornya. Pak Widy dulunya juga kuliah di TUAT.

Selama berkomunikasi dengan mereka kami harus menggunakan bahasa inggris. Bahasa inggris mereka cukup bagus, sungguh berbeda dengan bahasa inggris saya yang amburadul. Namun saya mendapat pelajaran penting, penggunaan bahasa asing memang harus dipaksakan. Jika tidak ada paksaan untuk menggunakan bahasa asing, maka akan sia-sia apa upaya kita untuk belajar bahasa asing.

Pulang dari dinner, kami melewati area kampus UGM, mereka berdua kagum dengan luasnya kampus UGM. Kampus mereka di TUAT tidak seluas UGM. Namun Pak Widy mengatakan peralatan dan fasilitasnya di TUAT jauh lebih lengkap. Ya begitulah, percuma jika mempunyai area kampus yang luas tanpa peralatan dan fasilitas yang memadai.

Bersambung......

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete