Thursday, November 21, 2013

Selamat Jalan Om Aam

12 November 2013
Pada malam itu, Rosi, sepupuku mengirim pesan singkat ke ponselku. Kami memang terhitung jarang saling mengirim pesan, kalaupun ada pesan berarti itu adalah satu hal yang penting. Benar saja, Rosi menanyakan no. telepon agen travel yang biasa mengangkut penumpang dari Bandara Sepinggan, Balikpapan menuju rumah kami di Tenggarong. Ya... aku dan Rosi memang tinggal di kota yang sama, mungkin jarak rumah kami hanya sekitar 50 meter. Ibu Rosi adalah saudara ibuku.

Lalu apa alasan dia pulang di tengah-tengah tahun ajaran? Biasanya dia baru pulang ke rumah ketika semester berakhir. Terkadang iri, karena ketika libur semester genap, dia bisa pulang ke rumah hingga 3 bulan! Oh iya, Rosi dan aku selisih 2 tahun, dia saat ini sedang memasuki semester 5 manajemen informatika di AMIKOM Yogyakarta. Memang kepulangannya kali ini agak berbeda, ternyata ayahnya sedang sakit.


Dalam pikiranku bertanya-tanya, sakit apa ya om ku, sampai-sampai Rosi harus pulang. Itulah yang membuatku mengirim pesan ke ibu.  "Sakit apa ma' Om Aam?" inilah pesan singkatku kepada ibu. Ibuku mengatakan bahwa waktu-waktu sebelumnya angka hemoglobin om rendah, dan sore itu dia masuk rumah sakit lagi.

Begitulah awalnya, waktu terus berjalan, tak jarang aku memantau timeline facebook sepupuku untuk memastikan semuanya berjalan baik-baik saja.

15 November 2013

Ternyata sakitnya memang tidak bisa dianggap remeh. Aku melihat di timeline fb Rosi yang tercantum bahwa Rosi sedang berada di Paviliun Teratai RSUD AW Sjahranie yang berada di Samarinda. Padahal sebelumnya omku dirawat di RSUD AM Parikesit Tenggarong. Kondisi om memang benar-benar drop sehingga harus dirawat lebih intensif. Memang fasilitas RSUD AW Sjahranie harusnya lebih baik daripada RSUD AM Parikesit.

17 November 2013
Saat-saat "santai" di Kantor Urusan Internasional setelah beres-beres booth pameran Research Week UGM, aku terpikir untuk menelepon ibu. Sekedar ingin menanyakan kabar. Saat itu, ibu bilang bahwa dia sedang ada di Samarinda menunggui om. Di sanalah aku baru tahu lebih detail tentang kondisi omku. Ibuku bilang hemoglobin omku rendah, dan agar bisa menambah hemoglobin maka harus ditransfusikan darah. Namun bukan sekedar men-transfusikan darah yang memiliki golongan darah yang sama melainkan harus menunggu dahulu darah yang didatangkan jauh-jauh dari Surabaya. Darah itu sudah diproses terlebih dahulu. Oleh karena itu om mungkin harus bersabar dulu menunggu darah itu datang. Hanya sebentar percakapan di telepon, ibuku bilang bahwa dia akan meneleponku  lagi nanti. Saat itulah aku terpikir untuk menulis status ini di timeline fb ku:


18 November 2013
Hari ini, seperti biasanya melakukan aktivitas rutin di laboratorium, mengiris sampel kayu untuk penelitian skripsi. Ya, harus diakui skripsi masih terganjal pada data penelitian laboratorium yang sampai sekarang belum kelar-kelar.

Siang itu ibu meneleponku, ibu bercerita tentang kondisi omku. Penyakit yang diderita omku memang termasuk penyakit yang jarang ditemui. Pihak rumah sakit pun agak takut-takut dalam melakukan tindakan medis.

Adapun darah yang ditunggu-tunggu dari Surabaya belum kunjung sampai ke Samarinda. Kondisi omku sudah sangat lemah,  hemoglobin-nya tinggal 3. Entah apa maksudnya, namun sepertinya keadaannya tidak cukup baik. Ibuku memintaku untuk berdoa, berharap omku baik-baik saja.

19 November 2013
Subuh-subuh sudah harus menyalakan laptop. Dosen pembimbing skripsiku memintaku segera mengumpulkan laporan penelitian yang kami kerjakan. Harusnya Jumat sudah dikumpul, namun karena belum selesai dosen ku meminta tambahan waktu hingga hari senin. Ya, sampai subuh itu laporannya memang belum selesai. :) . Ok kembali tentang omku.

Seperti biasa, tangan ini sudah sangat lincah mengetik fa pada browser dan biasanya langsung muncul link facebook. Langsung saja ku-klik, sesaat kemudian hamparan timeline tersaji di layar laptop. Satu hal yang menarik perhatian mataku, kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.":

Melihat kalimat itu ditulis oleh sepupuku, tanpa perlu membaca tulisan di belakangnya aku sudah bahwa omku sudah dipanggil Allah SWT. Aku jadi membayangkan suasana duka keluargaku di sana.
Omku masih terbilang muda, mungkin masih berusia kepala 4 (40 tahunan), namun sudah dipanggil terlebih dahulu.


Memori tentang Om Aam
Cukup banyak memoriku tentang almarhum, barangkali karena kami tinggal di kota yang sama. Sejak kecil, ketika berkunjung ke rumahnya, aku selalu tertarik dengan koleksi-koleksi souvenir dari berbagai negara yang telah beliau kunjungi. Ada souvenir dari Australia, Perancis, Italia (sepertinya), dan beberapa negara lainnya. Juga ketika melihat foto-fotonya di luar negeri, misalnya ketika berfoto di depan Opera House. Di luar negeri, beliau memperkenalkan musik khas Kalimantan Timur kepada khalayak dunia.

Aku masih ingat, beliau sering mengajakku berkunjung ke tempat yang namanya serapo. Di serapo biasa dilakukan pertunjukan dan latihan kesenian daerah, baik itu tari maupun musik. Di sana juga aku bisa terlibat menjadi penari latar saat Haddad Alwi dan Sulis show di Tenggarong. Honor kala itu adalah sebesar Rp 50.000 yang diberikan setelah acara usai. Namun sayangnya, kecerobohanku membuatku sepeda kakakku hilang saat aku mengambil honor itu.

Saat pernikahanku kakakku, Rendra, yang berlangsung tahun 2011 yang lalu beliau juga banyak berperan. Terutama dari segi dekorasi dan hiburan. Sampai-sampai mendatangkan orkes melayu dan penyanyi KDI. Iya benar, KDI! Waktu itu yang datang  adalah Kiki KDI.

Ramadhan yang lalu aku juga masih ingat beliau masih ikut bermain alat musik saat acara takbiran keliling yang rutin diadakan di Tenggarong pada malam 1 Syawal.

Tapi kini, semua sudah berbeda, kini arwah beliau sudah pergi. Jasad beliau kini sudah tertutup tanah. Istri dan ketiga orang anaknya pasti sangat merindukannya. Rosi adalah anak tertuanya, Aldi anak keduanya yang masih SMK, dan Hani adalah anak bungsunya yang sekarang masih SD. Aku tidak bisa membayangkan sepupuku harus hidup tanpa dirinya lagi. Melihat foto di bawah ini, jujur ku katakan aku menitikkan air mata.

Hani sedang menyiram pusara ayahnya
Selamat jalan Om Aam, semoga Allah menerima amal ibadahmu di dunia dan mengampuni segala dosa-dosamu.


No comments:

Post a Comment