Wednesday, January 1, 2014

Tahun Baru, Penting?

Letupan kembang api tak kunjung berhenti sejak matahari tenggelam kemarin sore hingga lewat tengah malam. Sebuah pertanda bahwa kita telah  masuk ke tahun yang baru. Aah! Nampaknya terlalu klise mengawali tulisan di awal tahun dengan kalimat-kalimat  semacam ini. Mungkin sebagian besar sudah muak membaca tulisan tentang tahun baru. Tentu saja kalau saya tidak salah menduga.

Apa esensinya tahun baru bagi kita? Tahun baru masehi lagi!!! - Berharap pembaca tidak membayangkan saya memasang tampang penuh kemarahan dan di tangan tergenggam sebilah katana (pedang samurai) :)

Saya tidak bermaksud untuk menulis tentang haramnya merayakan tahun baru masehi. Karena saya yakin rekan-rekan yang lain juga sudah banyak yang menulis tentang itu. Dan saya rasa pembaca sudah sangat jenius untuk menilai boleh atau tidaknya merayakannya. Tergantung pada pembaca, tetap bersikukuh terhadap tradisi tersebut atau mulai berpikir ulang tentang kebolehan perayaan tahun baru!


Kalau saya sendiri tak akan ambil pusing dengan tahun yang telah berganti. Ya.. kata orang kita sudah masuk di tahun 2014. Tak ada alasan yang cukup kuat bagi saya untuk menjadikan pergantian tahun masehi sebagai suatu momentum yang harus dirayakan. Apalagi dengan menyalakan petasan, membeli terompet lengkap dengan topi kerucutnya, atau menghabiskan berliter-liter bensin di jalan raya! Rasanya sangat sulit bagi saya untuk menghabiskan uang hanya untuk ritual-ritual tidak "berguna" semacam itu. Lagi-lagi saya menganggap pembaca sudah cukup jenius, sehingga paham seperti apa ritual yang tidak "berguna" yang saya maksud.

Oke.. Saya juga tidak beranggapan bahwa 2013 yang baru saja ditinggalkan atau 2014 yang baru saja dimasuki tidak ada maknanya sama sekali. Tetapi saya hanya ingin menjadi salah satu orang yang memandang pergantian tahun dengan cara yang berbeda.

Pergantian tahun masehi saya anggap sama seperti pergerakan matahari setiap harinya. Di mana matahari mulai terlihat di langit ketika subuh hingga mulai kembali lagi ke peraduannya di kala maghrib yang menunjukkan bahwa waktu telah berjalan. Atau seperti jarum jam yang terus bergerak untuk menunjukkan adanya perubahan waktu baik berupa detik, menit, maupun jam. Begitulah saya memandang tahun baru masehi. Di mana tahun baru hanya sekedar menunjukkan kepada kita bahwa waktu itu berjalan. Di mana ketika waktu itu berjalan segala apa yang terikat dengan waktu juga harus terus berjalan, termasuk juga kita. Ada suatu proses yang harus kita lalui seiring dengan berjalannya waktu. Atau dengan kata lain waktu hanyalah sekedar indikator.

Atribut-atribut waktu seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya hanyalah sebuah tools yang membantu manusia dalam menjalani setiap aktivitasnya. Nothing special! Misalnya saja, selama berabad-abad manusia telah menggunakan satu waktu yang disebut pekan. Di mana setiap pekan terdiri dari 7 hari yang biasanya diperuntukkan untuk hal-hal tertentu. Sabtu dan minggu adalah hari libur, sedangkan senin hingga jumat adalah hari kerja. Itulah salah satu contoh kegunaan dari pengamatan terhadap waktu.

Entahlah pembaca dapat memahami apa yang saya pikirkan atau tidak. Inilah sedikit pandangan saya, tanpa bermaksud men-judge  salah benarnya apa yang pembaca lakukan pada pergantian tahun yang baru berlangsung beberapa jam yang lalu. Hanya saja, saya berharap pembaca untuk kembali menjadi "jenius" dalam menilai sesuatu. Lupakan perayaan yang hanya menghambur-hamburkan banyak uang dengan nihil manfaat. Manfaatkanlah momentum untuk hal-hal yang lain. Refleksikan saja apa yang sudah dilalui sepanjang tahun 2013, dan menata langkah untuk melewati 2014 dengan lebih mantap.



Terban, 1 Januari 2014


image pinjam dari: http://blog.utest.com/wp-content/uploads/2013/12/2014-Numbers-free-Happy-2014-New-Year-Image-Wallpaper.jpg





No comments:

Post a Comment