Saturday, May 22, 2010

PUSING KARENA SERTIFIKAT

Suntuk menunggu peserta Seminar Nasional "Transformasi Sampah sebagai Upaya Penyelamatan Bumi" 8 Mei lalu (baca) yang mau mengambil sertifikat, saya memutuskan untuk menulis tulisan ini. Tulisan ini berkaitan dengan sertifikat tersebut.

Mengurus sertifikat seminar ternyata susah-susah gampang. Kita cuma butuh desain, dana, serta nama-nama peserta dan panitia, cuma itu. Tapi setelah dihitung-hitung ternyata setelah 2 minggu, baru sertifikatnya bisa dibagikan. Tahap awal saya meminta tolong seorang teman untuk mengerjakan desain sertifikat, setelah itu meminta nama-nama yang akan dimasukkan ke dalam sertifikat. Setelah dihitung, ternyata jumlah yang harus dicetak banyak sekali, ada 179 lembar. Setelah semua nama terdata, proses berikutnya mencetak. Terakhir, membubuhi tanda tangan pada sertifikat dan sertifikat siap dibagikan. Proses paling menjengkelkan adalah saat mencetak sertifikat.

Sertifikat yang sudah dicetak dan di belakangnya adalah foto mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Hutan Angkatan 2009

Untuk mencetak semua sertifikat, saya mendatangi salah satu usaha digital printing di Yogyakarta. Saya memutuskan datang ke sana, sebut saja X, karena lebih dekat dengan asrama dan saya juga pernah mendengar informasi tentang X. Malam itu, Rabu 12 April, saya meminta karyawan X untuk mencetak sertifikat. Pada awalnya saya bertanya tentang harga dan kertas ke bagian yang menurut pendapat saya merupakan kasir sekaligus bagian order. Karyawati di bagian ini bisa dibilang kurang ramah dan lebih banyak cuek terhadap pelanggan, entah apa salah saya. Proses pembuatan layout memakan waktu 1 jam, itupun seakan dilempar-lempar, berpindah dari komputer yang satu ke komputer lainnya, berganti-ganti operator pula. Suasana tidak ramah pun juga saya rasakan di sini, operator tidak mengajak mengobrol atau minimal memberikan senyum yang terbaik.

Saya bertanya pada salah seorang operator,” Mas, ini sudah selesai belum?”.
Sang operator pun menjawab dengan nada yang kurang ramah,”Nanti dulu mas, nanti kalau salah cetak gimana, mas lihat dulu sudah benar belum nama-namanya”.
Saya menjawab,” Yang penting mas tinggal masukin nama-nama yang ada tabel ini, terus disesuain yang mana peserta, panitia, atau pengisi acara”.
Saya bertanya lagi,”Kapan mas baru selesai dicetak?”.
Operator menjawab,”Hari Jum’at jam 12”.
Saya minta sedikit dimajukan, karena saya tahu jam 12 itu ada sholat Jum’at,”Jam 11 bisa gak mas?”
Untungnya bisa dan saya pun membayar di kasir. Ternyata di kasir juga sama anehnya, belum ada barangnya saya sudah harus membayar LUNAS. Hari Jum’at pun tiba, saya datang ke X jam 11 lewat. Saya kecewa ternyata sertifikatnya sama sekali belum ada yang dicetak, setting nama-nama pun belum diselesaikan. Terpaksa menunggu lagi, hingga waktu menunjukkan pukul 12, rencana awal jadi buyar. Sebelumnya, saya berencana sebelum sholat Jum’at saya sudah membawa sertifikatnya dan sholat di kampus. Karena terlalu lama, dengan terpaksa saya meninggalkan X dan segera menuju ke masjid. Saya juga heran bukannya mereka mengikuti saya ikut menunaikan sholat Jum’at, malah tidak ada seorang pun yang beranjak dari pekerjaan mereka, sepertinya sangat pantas jika aku menggelengkan kepala. Ternyata X sangat sekuler.

Sehabis sholat Jum’at aku kembali mendatangi X. Ada sedikit kemajuan sertifikatnya sudah dicetak 1 lembar. Namun tetap saja harus menunggu lagi, hingga jam 1 pun tiba, waktunya untuk kuliah. Tapi apa daya saya masih harus menunggu di X. Setelah sertifikat sudah di tangan, saya bisa sedikit lega. Saya meninggalkan X tanpa ucapan terima kasih.

Sedikit saran untuk teman-teman yang ingin membuka usaha digital printing:
  • layanilah pelanggan seramah mungkin
  • bekerja secara profesional
  • tunjukkan apresiasi terhadap waktu yang dimiliki oleh pelanggan, maksudnya jangan membiarkan pelanggan menunggu terlalu lama.
  • jika memang tidak bisa menyelesaikan order sesuai permintaan pelanggan, lebih baik meminta pembayaran DP saja, atau jika lebih berani order bisa dibuat gratis (tapi ini terlalu berisiko).
  • jangan sekuler, jika waktu ibadah sebaiknya aktivitas dihentikan dulu untuk menghadap Sang Pencipta kita.
Pengalaman ini menjadi pengalaman berharga bagi saya, yaitu JANGAN memakai jasa X lagi. Masih banyak digital printing lain di Jogja yang lebih dari X. Semoga teman-teman tidak mengalami kejadian seperti saya. Sekian posting kali ini, saatnya menunggu peserta yang mau ambil sertifikat lagi.

4 comments: