Sunday, May 30, 2010

Sampah pun Akan Berbaik Hati

Sampah, sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Setiap hari kita berinteraksi dengannya, mulai dari bangun tidur hingga kita tidur kembali. Aktivitas kita, sejak kita lahir hingga kita berada di peristirahatan terakhir, pasti akan memproduksi sampah dengan berbagai macam bentuk. Di mana pun kita berada, tentu di Indonesia, permasalahan sampah sering menduduki rangking-rangking teratas.

Menurut Undang-undang No. 18/ 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Ada juga yang mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat yang belum terolah sehingga belum mempunyai nilai manfaat. Di Indonesia, disadari atau tidak, kebanyakan dari kita memperlakukan sampah sebagai sesuatu yang harus dijauhkan dari tempat tinggal kita . Tidak penting ke mana sampah itu akan pergi asalkan bukan di tempat kita. Kita hanya tahu bahwa kita telah membuang sampah di tempat penampungan sampah yang ada di depan rumah atau di pinggir jalan. Setelah itu urusan kita dengan sampah sudah kita anggap selesai dan kita menyerahkannya kepada para petugas pengangkut sampah dan pemulung yang entah akan membawa ke mana sampah-sampah itu.

Kecenderungan masyarakat membuang sampah secara sembarangan juga masih tinggi. Jalan, selokan, sungai, dan laut merupakan contoh tempat favorit pembuangan sampah. Banyak dampak buruk yang timbul dari perilaku ini. Secara fisik sampah yang yang dibuang secara sembarangan akan merusak keindahan dan kenyamanan. Sampah dapat menyumbat saluran-saluran air, sehingga ketika hujan drainase akan terganggu dan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Sampah, terutama jenis sampah anorganik (plastik, logam, kaca ), dapat mencemari tanah, air, bahkan udara serta organisme yang ada di dalamya. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sampah sudah sangat kompleks, sehingga dibutuhkan dana yang besar untuk menanganinya.

Untuk mengatasi masalah sampah, tindakan yang perlu dilakukan tidak hanya melakukan transformasi sampah, tetapi yang lebih penting adalah transformasi kebiasaan kita. Kebiasaan lama yaitu menyia-nyiakan sampah, membenci sampah, dan banyak menghasilkan sampah harus di-transformasi menjadi memanfaatkan sampah, menyayangi sampah, dan mengurangi sampah yang kita hasilkan.
Pengelolaan sampah yang murah, ramah lingkungan, dan nyaman di kantong adalah dengan cara mengelola sampah sedekat-dekatnya dengan hulu. Maksudnya adalah pengelolaan sampah sebaiknya dimulai sejak kita menghasilkan sampah. Langkah awal kita bisa melakukan pemilahan sampah dengan membuat tempat sampah terpisah, karena jenis sampah berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda dan jika dicampur menjadi akan menyulitkan pengelolaannya. Pada kenyataannya pengelolaan sampah pada satu tempat masih banyak digunakan hingga saat ini, sehingga sampah-sampah tersebut hanya cukup puas berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir). Ada banyak keuntungan dari pemilahan sampah, salah satunya adalah menambah nilai dari sampah itu sendiri. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, styrofoam dapat diubah menjadi pot bunga, kaca dan plastik dapat digunakan untuk membuat berbagai kerajinan, kertas bisa didaur ulang atau untuk membuat kerajinan, ranting-ranting bisa menjadi arang, dan salah satu yang cukup menarik adalah mengolah sisa cabang-cabang pohon yang tidak terpakai menjadi panel dinding yang mempunyai nilai jual tinggi. Semakin kreatif kita mengolahnya maka akan semakin tinggi nilai dari sampah itu dan namanya pun bukan sampah lagi. Tentu hal ini akan membuat kantong kita nyaman. Sampah-sampah yang kita pilah tidak semuanya bisa diolah dan dimanfaatkan kembali. Sampah seperti bekas popok disposable maupun pembalut wanita bisa langsung dibuang dan diangkut ke TPA.

Ranting-ranting kayu yang diolah menjadi panel yang artistik

Ada yang pernah mendengar “Bank Sampah”? Kata bank sudah tidak asing bagi kita, namun apa jadinya jika kata bank ditautkan dengan sampah? Gagasan awal pendirian bank sampah datang dari Bambang Suwerda, dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Menurut Bambang, yang juga pernah menjadi nominator Kick Andy Heroes 2010, dengan mendirikan bank sampah ia ingin mengubah pandangan masyarakat tentang sampah, bahwa sampah bisa dimanfaatkan jika dikelola dengan benar. Ia dapat mengubah sampah yang menjadi masalah ekologis menjadi sesuatu yang bermanfaat , bernilai ekonomis dan edukasi.


Bambang Suwerda dan rekannya


Di bank biasa, kita menabung dengan menggunakan uang. Di sana kita bertindak sebagai nasabah, ada teller, ada buku tabungan. Di bank sampah juga demikian, hanya saja kita menabung dengan menggunakan sampah. Memang terdengar agak aneh, dan kita akan berpikir, apa gunanya menabung sampah?

Dalam bank sampah ada tiga komponen yang dilibatkan, yaitu penabung (masyarakat), pengelola bank, dan pembeli sampah (rosok, pengepul). Jadi bank sampah akan menjual sampah yang telah ditabung untuk diuangkan dengan cara menjualnya kepada pengepul. Jadi kita tidak perlu capek-capek menjual sampah kepada pengepul, selain itu sampah yang kita hasilkan sendiri jumlahnya tentu tidak banyak dan jika langsung dijual kita hanya dapat sedikit uang. Di bank sampah kita dapat mengambil uang tabungan dalam jangka waktu tiga bulan sekali, namun biasanya nasabah akan mengambil uang itu menjelang lebaran. Bank sampah dibuka 3 kali seminggu, pada sore hari. Alasannya, nasabah perlu mengumpulkan terlebih dahulu sampah yang ingin mereka tabung serta untuk menghindari kejenuhan nasabah dalam menabung. Saat bank sampah buka, anak-anak akan membantu mengumumkan kepada para warga bahwa bank sampah sudah buka dan warga siap untuk menabung kembali. Bank sampah ini bernama “Gemah Ripah” dan berlokasi di Bantul, D.I. Yogyakarta. “Gemah Ripah” dalam bahasa jawa berarti makmur, dan juga menjadi singkatan dari Gerakan Memilah dan Mereuse sampah.
Petugas bank tidak bisa langsung menentukan jumlah tabungan dari nasabah, karena nilai ekonomis sampah ditentukan oleh pengepul. Hal ini juga memberikan keuntungan bagi pengepul, karena mereka tidak perlu susah-susah mencari sampah ke sana kemari dengan hasil yang tak menentu. Seolah-olah bank sampah telah mengubah sampah yang kita tabung menjadi uang, inilah yang unik dari bank sampah.

Tidak semua sampah dijual pada pengepul, di bank sampah juga ada upaya untuk menambah nilai jual sampah. Tidak semua sampah yang ditabung nasabah disetor ke tukang rosok dan pengepul. Sebagian di antaranya, yakni jenis plastik sachet dan styrofoam, diolah menjadi aneka aksesoris rumah tangga, seperti tas, dompet, hingga rompi, atau pot bunga. Barang-barang tersebut lalu dijual dengan harga 20 ribu Rupiah.
Banyak manfaat yang bisa didapat dari pendirian bank sampah ini, yaitu:
1. Berkurangnya jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA
2. Berkurangnya jumlah warga yang membakar sampah (plastik)
3. Mulai tumbuhnya kebiasaan warga (anak-anak) memilah dan menabung sampah
4. Banyak disiplin ilmu yang tertarik dengan sampah
5. Menambah pendapatan keluarga dari sampah
6. Menambah keeratan hubungan masyarakat
7. Terbentuknya simpan-pinjam dari tabungan sampah (individual), sehingga dapat membantu warga yang membutuhkan uang (mendesak)
8. Banyak pihak yang mulai tertarik dengan adanya Bank Sampah, sehingga diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengatasi sampah di wilayah lain.

Sebuah solusi menarik dari Bambang Suwerda merupakan suatu langkah yang kreatif bagi permasalahan lingkungan yang semakin memusingkan kita. Tidak cukup 1 Bambang untuk mneyelamatkan lingkungan, kita membutuhkan banyak lagi “Bambang-Bambang” lain yang nantinya akan menghasilkan terobosan baru untuk membuat bumi tersenyum lagi.

3 comments:

  1. ayoo kita buat bumi tersenyum lagi !!! ^^"

    ReplyDelete
  2. luar biasa!kata-kata hiree membuat saya tersadar tentang sampah yang selama ini kita acuhkan.
    Tulisan yang inspiratif dan menggugah.
    Bang Perbo, ketua fans si putih n piko

    ReplyDelete
  3. Ayo Bang Mirza.. Di Bontang bikin bank sampah aja..

    Bang Perbo.. bukannya putih dan piko itu nama anjing.. :)

    ReplyDelete