Thursday, July 8, 2010

Siapa yang Tahu Takdir Kita?

Saya teringat sekitar 460 hari yang lalu saya duduk di dalam sebuah ruang kelas dan mengerjakan soal-soal yang membuat kepala saya terasa seperti tersumbat. Hari itu saya sedang mengikuti UTUL (Ujian Tulis) UGM bersama teman-teman dari Bontang di SMPN 1 Balikpapan, Kalimantan Timur. Saat itu soal yang diujikan ada 3 macam, yang pertama kemampuan IPA (Fisika, Biologi dan Kimia), kemampuan dasar (Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris), dan tes potensi akademik. Saya yang memiliki background SMK, terus terang saya hanya paham beberapa soal dan itu pun sedikit. Suasana ruang kelas yang cukup panas membuat saya dan beberapa siswa dari berbagai daerah di Kalimantan Timur merasa kegerahan. Terlihat dari tempat saya duduk, beberapa orang siswa nampak sangat serius membulatkan lingkaran-lingkaran huruf dengan pensil 2B dan ada juga yang malas-malasan (bahkan tidur) mengerjakan soal-soal yang membunuh itu. Saya sendiri berusaha untuk mengerjakan dengan serius walaupun saya tahu jawaban saya lebih banyak yang ngawur daripada yang benar.

Detik demi detik terus berlalu, waktu semakin tipis yang membuat kadar kepanikan semakin meningkat. Di tengah kepanikan ini, ternyata ada jawaban yang ingin saya ganti dan itu berarti saya menghapusnya. Maka akan muncul reaksi Kegerahan + kepanikan => kekacauan. Saya menghapus dengan serampangan akibatnya kertas menjadi terlipat (seperti yang kita tahu, kertas terlipat bisa membuat kertas jawaban tidak bisa diperiksa oleh komputer). Pupuslah sudah perjuangan selama beberapa jam yang lalu, rasanya saya sudah tahu hasil yang akan saya terima pada 20 hari yang akan datang. Tetapi saya tetap harus ingat apa kata Pak Shoifu, tawakallah kepada Allah. Hal ini membuat saya merasa tidak akan bisa diterima di UGM, universitas tertua di Indonesia.

Hari demi hari berlalu, UAN pun datang. Alhamdulillah soal-soal bisa terjawab dengan cukup yakin, terutama untuk soal matematika. Hampir semua soalnya sudah dijelaskan oleh guru saya yang memiliki cara mengajar yang unik dan saya banggakan , yaitu Pak Indra. Seperti itulah Indonesia, kerja keras menuntut ilmu selama 3 tahun dihargai dengan nilai yang saya dapat dari ujian yang berlangsung selama beberapa hari saja. Kasihan sekali yang tidak lulus, sungguh pendidikan yang kejam.

Waktu pengumuman UTUL UGM yang saya tunggu akhirnya tiba. Pengumuman dapat diakses secara online dan akan keluar pada tanggal 25 April 2009 pukul 00.00 WIB. Berhubung warnet cukup jauh dari tempat saya tinggal, maka saya meminta tolong sahabat saya untuk mengakses pengumuman itu. Sekitar jam 2 dinihari, saya menerima sms dari sahabat saya yang isinya menyatakan saya ‘diterima’ di UGM. Jreng..jreng.. sayangnya saat itu tidak ada kembang api di langit, balon dan kertas beterbangan, tepuk tangan yang membahana, atau lirik “We are the champion my friends..”, yang ada hanyalah sunyi di lantai 2 di sebuah rumah di BTN-PKT. Hanya hati dan wajah inilah yang melonjak gembira dan hampir merasa tidak percaya atas keputusan Allah SWT.

Saat ini 8 Juli 2010 saya menuliskan tulisan ini di dalam sebuah kamar yang tak begitu luas di Asrama Olalolo (Olalolo= harus bisa) di daerah Klebengan, Yogyakarta. Kita tidak pernah tahu apa keputusan Allah terhadap kita, kita hanya bisa berusaha. Kalau kita berhasil itu karena Allah dan jika tidak berhasil berarti Allah telah menyiapkan sesuatu yang baik untuk kita. Teman-teman PKBL angkatan 2008/09 yang belum sempat ke sini ada Radi, Manda, Kasman, Leny, Mario, Busa, Darman, Firza, Adi dan yang lainnya yang tidak bisa tersebut karena keterbatasan ingatan saya. Teman-teman PKBL 2008/09 yang bersama saya di UGM, ada Aniah dan Ridho. Teman-teman PKBL 2008/09 yang ada di Bogor (IPB), Bandung (ITB) , dan Surabaya (ITS dan UNAIR) , ada Rudi, Abdul, Mawar, Ryan, Shadol, Fadli, Rima, Amat, Indri, Sarinah, Tri J, Setya, Hendri, Asma (Udin), dan Purwanti . Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kebaikan dan bantuan-bantuan dari kalian semua. Semoga kalian semua sukses di tempat masing-masing. Kapan ya anak-anak PKBL 2008/09 bisa reunian?



Teman-teman yang sudah menemani saya selama 3 tahun di jurusan Kimia Industri, SMK N 1 Bontang. Ada Agus Mirza, Mu’arif, Lady, Baco’ (Nuryadin), Achfas, Junaid, Dillah, Arman, Harry, Ami’ (Firdinan), Bece’ (Nurdiana), Ayub, Eko Pur, Ardi, Marni, Bayu, Mustafa, Irfan, Eni, Andre, Amat, Mifta, Yogi, Saddam, Aries, Desta, Dimas, Andi, Eko Sp, Annas, Jufri, Riswan, Arqam, Tiong, Adiek, Adhe, dan Viki (yang keluar sebelum waktunya). Terima kasih atas semua jasa yang tak bisa saya hitung banyaknya, semoga kalian semua sukses, dan undangannya jangan lupa ya :). Tanpa kalian saya tidak ada apa-apanya.

Takdir-Mu sungguh sangat misterius ya Allah dan kami tidak akan lancang untuk menebak ketetapan apa lagi yang sudah tertulis di sana.

Image pinjem dari:
http://rahmatmuntaha.files.wordpress.com/2010/02/success-is-99-failure-honda.gif

3 comments:

  1. oo..q kira in kak hair kimia analis..nyambung k khutanan kak?

    ReplyDelete
  2. Wah saya kimia industri ..
    ho'oh saya d Kehutanan skrg.. g nymbung ya?hhe

    ReplyDelete