Wednesday, July 21, 2010

Wirausahawan Tidak Tua

Hari berganti hari, tidak terasa sudah 1 tahun lebih 21 hari saya berada di kota Jogja. Banyak sudah yang dilalui, suka dan duka, kenyataan pahit dan manis, orang baik dan orang jahat, nilai yang bagus dan nilai yang tidak layak dipertontonkan, pemandangan indah dan jorok, orang berpendidikan dan yang tidak, bangunan antik dan modern, suku satu dan suku yang lainnya. Semuanya bersatu padu menjadikan kota ini menjadi kota yang begitu kaya dengan keberagaman ini. Kekayaan inilah mungkin yang menyebabkan banyaknya pelancong yang mengarahkan tujuannya ke kota pendidikan ini.

Salah satu kekayaan Jogja yang paling saya banggakan adalah … toko buku. Terhitung sudah puluhan kali saya mondar-mandir ke toko buku untuk sekedar baca gratis ataupun menukarkan beberapa lembar uang dengan sebuah buku . Belasan buku sudah saya beli di sini, suatu hobi yang dulunya tidak bisa tersalurkan ketika masih tinggal di Kalimantan Timur. Dua toko buku favorit saya di Jogja adalah Togamas dan Gramedia. Togamas saya senangi karena diskonnya, sedangkan Gramedia tempatnya nyaman dan lebih lengkap isinya.

Kemarin sore saya mampir ke toko buku Gramedia. Letak Gramedia yang saya kunjungi cukup strategis dan lumayan dekat dengan tempat tinggal saya, sehingga tidak perlu bersusah payah untuk “bersilaturahim” dengan buku-buku. Buku-buku dengan berbagai pilihan ditawarkan, mungkin sama dengan Gramedia yang ada di tempat saudara-saudara berada sekarang ini.

Awalnya tujuan saya ke Gramedia adalah untuk membeli kartu uno untuk seorang teman, namun ternyata tidak ada. Karena sudah terlanjur sampai di sana, saya memilih untuk tidak langsung pulang dan ingin baca buku gratis dulu. Ternyata buku yang baru banyak yang bagus-bagus. Sebenarnya ingin beli, tapi saya sudah terlanjur banyak keluaran untuk hal-hal lain.

Omong-omong soal buku, saya sempat tertarik dengan buku-buku bertema wirausaha. Ada spirit yang tidak bisa saya jelaskan jika melihat orang –orang yang sukses dalam bidang wirausaha. Rasa-rasanya ada sesuatu yang lebih jika kita memutuskan untuk berwirausaha. Nampaknya saya tertarik ingin menancapkan karier saya di bidang wirausaha. Selain bisa mandiri, kita juga akan tidak akan terikat banyak peraturan. Sudah banyak wirausahawan Indonesia yang sukses dan dapat merengkuh omzet hingga milyaran rupiah. Satu hal yang sama dari orang-orang sukses itu adalah mereka tidak menjalani proses itu tanpa menghadapi rintangan. Selalu ada rintangan yang seringkali membuat mereka jatuh, tetapi saya tahu mereka tidak akan tinggal ketika sudah terjatuh . Mereka akan bangkit kembali dan menjadikan rintangan itu sebagai pelajaran agar tidak perlu terjatuh lagi.




Buku berjudul Wirausaha Muda Mandiri yang berisi tentang profil-profil wirausahawan muda yang sukses dalam berbagai jenis usaha. Pada posting sebelumnya (baca) saya sedikit me-review mengenai blog KDRI (Kementerian Desain Republik Indonesia), saya tertarik dengan blog itu karena desain-desain grafik menarik dan unik . Tahukah anda pemilik blog itu, Wahyu Aditya, namanya ternyata tercantum pada buku Wirausahawan Muda Mandiri sebagai founder Hellomotion. Sebuah blog (KDRI) yang tidak sengaja saya temukan karena keisengan saya menjelajahi blog yang tercantum di mybothsides.com ternyata dimiliki seorang wirausahawan muda yang kreatif, memiliki banyak prestasi, dan memiliki omzet hingga milyaran rupiah dari usahanya itu. Wahyu Aditya telah membuktikan bahwa memupuk imajinasi masa kanak-kanak bisa menjadi bisnis menguntungkan ketika dewasa. Sejak kecil dia sudah hobi menggambar bahkan sampai sekarang. Dengan Hellomotion dia berharap anak Indonesia tidak perlu jauh-jauh keluar negeri untuk belajar animasi.

Wahyu Aditya

Tidak cuma itu hal yang membuat saya terkejut saat membaca buku itu. Suatu hari saat sedang mengobrol di depan Fak. Kehutanan UGM dengan sahabat saya yang sedang berkunjung ke Jogja. Saya melihat seorang mahasiswa dengan penampilan sederhana, badan kurus dan agak bungkuk, wajahnya nampak kelelahan, dan proporsi kepala yang agak sedikit aneh (jujur ini pandangan saya) berjalan di depan kami. Saya kasihan melihat orang itu, namun kali ini saya harus mengasihani diri saya sendiri. Ternyata orang itu juga menjadi salah satu nama yang tercantum dalam buku itu Wirausahawan Muda Mandiri. Masya Allah, ternyata benar, kita tidak boleh melihat orang dari covernya saja (dari dulu juga udah bener). Orang itu yang saya tahu bernama Syammahfuz Chazali, salah asatu founder PT. Faerumnesia ternyata memiliki segudang prestasi yang jauh sekali dari prestasi yang saya miliki. PT. Faerumnesia bergerak pada bidang usaha yang sedikit jorok karena mereka melakukan pemgolahan gerabah dari kotoran sapi. Nama unik Faerumnesia sendiri berasal dari penggalan kata faeces artinya kotoran, rumen artinya lambung sapi, dan Indonesia (www.banggaindonesia.com). Hebatnya lagi beberapa menit yang lalu ketika ingin memposting ini di warnet, saya melihat dia lagi.


Syammahfuz Chazali

Untuk menjadi orang yang berprestasi kita sebaiknya melihat ke atas kita. Paculah semangat untuk mencapai apa yang ada di atas kita, setelah sampai di atas paculah lagi semangatmu untuk melampaui lebih jauh ke atas. Saat kita mengalami kegagalan, pandanglah ke bawah. Maka kita akan merasa jauh lebih beruntung daripada yang di bawah kita, mungkin inilah yang dinamakan SYUKUR.

gambar pinjam dari:
http://koran-jakarta.com/gambarberita/2009/24.2(4).jpg
http://www.gramediashop.com/images/preview/9789792252842.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs140.snc1/5972_231894345187_177373990187_7852466_4570067_n.jpg

2 comments:

  1. wirausaha memang bagus, tapi sepertinya juga harus dipilah-pilah..mana yang boleh dan mana yg enggak boleh..setahu saya dalam islam itu tidak boleh memanfaatkan barang najis

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih atas komentar nya.. saya juga setuju dengan anda ttg brang najis.. mmg ada lrangan untuk memanfaatkan barang najis d dlam islam..
      mmg harus memilih baik2 usaha apa yang layak digeluti terutama kaitannya dengan apa2 yang sudah ditetapkan di dalam islam ..

      Delete