
Berfoto di depan Monumen Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
Di mana ibukota Republik Indonesia? Pembaca blog Catatan Rimbawan pasti sudah tahu jawabannya.
Jawabannya adalah Jakarta. Kota yang dilalui oleh Sungai Ciliwung ini sudah “dinobatkan” menjadi ibukota Republik Indonesia (RI) sejak awal Indonesia merdeka hingga sekarang. Namun dalam perjalanannya, ibukota Republik Indonesia memang sempat dipindahkan ke Yogyakarta (1946) dan Bukittinggi (1948).
Sewaktu saya kecil, saya hanya bisa melihat betapa “indahnya” ibukota dari televisi, media cetak, atau foto ayah dan teman-temannya yang berlibur ke sana. Menurut Hairi kecil, Jakarta adalah kota yang keren. Banyak gedung-gedung bertingkat tinggi, tempat hiburan anak-anak yang seru, banyak artisnya, sering masuk televisi, pokoknya Jakarta is perfect city. Mimpi masa kecil saya adalah ingin jalan-jalan ke Jakarta naik pesawat. Dasar anak kecil. Saat ini saya sudah dewasa dan berhasil mewujudkan impian masa kecilnya. Tanggal 25 Mei 2011 saya berhasil menginjakkan kaki di kota yang dulu dikenal dengan nama Batavia. Memang bukan pertama kalinya saya ke Jakarta, pada bulan Januari 2011 saya sudah pernah ke sini namun hanya sekedar numpang lewat untuk pergi ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Perjalanan kali ini saya bersama dua orang sahabat saya, ZAKKI dan CANDRA. Misi perjalanan ini adalah mendatangi Kementrian Kehutanan RI yang lokasinya berada di Gedung Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta. Kami ingin mengajukan proposal sponsorship kepada pihak Kementrian Kehutanan dan Direktorat-direktorat Jenderal yang bersangkutan dengan kehutanan. Harapannya dengan bantuan dari mereka, kegiatan Kunjungan Industri (Industrial Visit) 2011 yang diadakan FORESTECH bisa berjalan dengan lancar. Berbekal uang Rp 500.000,00, kami bagaikan buta arah. Alamat Kementrian Kehutanan RI saja baru kami cek pada saat tiba Stasiun Pasar Senen hasil browsing lewat Handphone. Saat dicek dengan aplikasi Google Map, jarak antara lokasi tempat kami berada dan Kementrian Kehutanan sekitar 11,2 km. Jarak sejauh ini tidak mungkin kami lalui dengan merayap, jelas kami butuh kendaraan untuk ke sana. Teman-teman pasti sering mendengar ungkapan “Malu Bertanya Sesat di Jalan”. Setelah bertanya kepada beberapa orang, satu hal yang kami dapatkan: Ternyata orang-orang banyak yang tidak tahu lokasi Kementrian Kehutanan. setelah kami menyebutkan nama jalan, baru mereka bisa memberikan instruksi cara ke berangkat ke sana. Mungkin akibat jarang jalan-jalan, orang yang kami tanya hanya memberikan satu solusi yaitu naik BAJAJ. Ok.. 11,2 km ditempuh dengan bajaj. Tahukah harga yang ditawarkan oleh sopir bajaj? Rp 40.000 boi. Tetapi sopir itu sedikit ragu-ragu, maklum Jl. Gatot Subroto adalah jalan protokol dan bajaj tidak boleh lewat sana. Keputusan untuk naik bajaj kami tunda dulu, tawaran berikutnya dari sopir taksi. Harga yang dia tawarkan adalah Rp 50.000,00. Kalau dilihat memang lebih murah bajaj, tetapi dilihat dari kenyamanan sepertinya perbedaan antara bajaj dan taksi sangat jauh. Saat menghadapi dilema saat berada dalam perjalanan, saya teringat saran dari seorang teman. Jika bingung saat dalam perjalanan, cobalah datang ke warung sekitar terminal atau stasiun. Sambil membeli makanan, minuman, atau yang lainnya, bertanyalah kepada penjualnya tentang cara mencapai lokasi yang kita tuju. Penjual warung bisa netral, sedangkan para pemilik angkutan biasanya selalu bersaing agar kita naik ke angkutan mereka. Solusi yang cukup bagus ---walaupun harus ikhlas makan soto ayam Lamongan seharga Rp10.000 per porsi--- penjual itu memberitahu kami lokasi shelter (semacam halte bus) Transjakarta yang paling dekat dengan Stasiun Pasar Senen. Cukup berjalan sekitar 5-10 menit, kami sudah tiba Shelter Transjakarta (tepat berada di depan Atrium Plaza). Namun karena diselingi dengan foto-foto di depan Monumen Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, waktu untuk ke sana menjadi sedikit lebih lama. Jika sudah tiba di shelter, jangan lupa ingat kembali ungkapan “Malu Bertanya Sesat di Jalan”. Bertanyalah kepada petugas Transjakarta atau langsung bertanya di loket penjualan tiket. Mereka akan memberikan arahan mengenai jalur-jalur mana saja yang perlu kita naiki untuk mencapai lokasi yang dituju. Perlu teman-teman ketahui, pada pukul 05.00-07.00 WIB, harga tiket Transjakarta atau juga dikenal dengan Busway seharga Rp 2.000 per orang untuk satu kali perjalanan. Setelah lewat pukul 07.00 WIB, harga normalnya adalah Rp 3.500 per orang. Satu perjalanan yang dimaksudkan di sini adalah perjalanan yang anda tempuh untuk sampai pada shelter terakhir tempat kita turun. Jadi walaupun kita transit berkali-kali maka tetap dianggap satu kali perjalanan. Ayo hitung-hitungan, mana yang lebih murah : IIni merupakan pengalaman pertama kali naik Transjakarta (Busway). Di Yogyakarta juga ada yang meniru Transjakarta, angkutan itu dikenal dengan nama Transjogja. Perbedaannya, Di Jakarta sudah ada jalur khusus untuk Transjakarta, sedangkan di Yogyakarta tidak ada. Jumlah armada Transjakarta lebih besar dibandingkan armada Transjogja. Minat masyarakat untuk naikTransjakarta jauh lebih besar daripada naik Transjogja. Suasana di dalam bus Transjakarta Kalau kita perhatikan penduduk Jakarta, maka kita akan melihat penduduk yang sangat heterogen. Masyarakat yang terkesan individualistis banyak dijumpai di sini. Saat di bus banyak telinga-telinga yang disumbat dengan headset untuk mendengarkan lagu-lagu favorit mereka, setiap orang asyik dengan dunianya masing. Obrolan mereka bersama orang lain yang berada di sampingnya pun jarang terjadi. Suasana yang kurang menyenangkan, berbeda sekali dengan di Yogyakarta atau Tenggarong (Kab. Kutai Kartanegara). Secara singkat RUTE KE KEMENTRIAN KEHUTANAN dengan menggunakan Transjakarta (Busway) adalah sebagai berikut: Stasiun Pasar Senen – Shelter Transjakarta- Kampung Melayu – BNN – Slipi Petamburan – Berjalan kaki sekitar 10-15 menit ke kompleks Gedung Manggala Wanabakti.Waktu yang diperlukan bisa mencapai kira-kira 1,5-2 jam. Agar postingannya tidak terlalu panjang, cukup di sini dulu kisah perjalanan kami ke Kementrian Kehutanan. Saya usahakan untuk menulis lanjutannya.. InsyaAllah Semoga sharing ini bermanfaat untuk teman-teman semua. Ingat ya : "Malu Bertanya Sesat di Jalan"
Wah, saya masih belum kesampean ke Jakarta ini. Padahal dulu ditawarin bareng ma temen yang tinggal di sana. Sori bro baru nongol. Rupanya anda merupakan segelintir kawan lama yang juga eksis di dunia perbloggingan.
ReplyDeleteAne ijin follow ya. Kalo bisa follow balik :p Link di blog juga bakal ane pasang.
sekali-kali main aja ke sana..
ReplyDeleteOk ntar tak follow kok dim..
Terima kasih atas kunjungannya.. Maaf gak bisa nyguhin apa-apa.. Telur penyu mau??
acara forestech nyampe kemenhut buat apa ya mas? Ngajuin prop dana?
ReplyDelete@aqua:mau tau aja...hehe
ReplyDelete