Sunday, October 21, 2012

Kebetulan

“There are no coincidences, only the illusion of coincidence.” –V, V for Vendetta

Coincidence atau dapat diterjemahkan menjadi kebetulan dalam bahasa Indonesia. Kata kebetulan diakui atau tidak sudah sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. Kebetulan biasanya merujuk pada hal yang kita anggap tidak sengaja bisa terjadi. Artinya kita tidak merasa menjadi penyebab hal itu bisa terjadi. Sekaligus di sisi lain, tanpa kita sadari kebetulan juga menjadi ungkapan bahwa sesuatu bergulir begitu saja tanpa ada yang mengatur.


Dalam satu bulan terakhir, saya menjadi sadar dengan mengucapkan kebetulan akan menyebabkan ada hal yang rancu. Pertama kali saya diingatkan akan hal ini oleh seorang Ustadz Fadli Reza. Beliau mencontohkan begini: suatu masa ketika kita telah menikah dengan seseorang dan mempunyai anak. Lalu kita bertemu dengan teman lama, saling bertegur sapa dan menanyakan kabar masing-masing. Saat tiba waktunya kita ingin memperkenalkan anak kita, kita mungkin akan mengatakan hal ini,"Kebetulan anak saya sudah 13 tahun umurnya".


Sekilas ilustrasi cerita di atas sudah nampak biasa, namun coba kita perhatikan lagi. Saat kita mengucapkan kebetulan dalam konteks cerita di atas, seolah-olah kita menganggap anak kita tidak sengaja bisa lahir ke dunia dan tiba-tiba saja umurnya ternyata sudah 13 tahun. Hal ini tentu menjadi sangat rancu. Padahal telah banyak tahap-tahap yang dilalui hingga dia saat itu berumur 13 tahun. Kita melalui tahap pencarian jodoh, menikah, istri mengandung selama sembilan bulan, bayi kita lahir dan dibesarkan dengan sabar selama 13 tahun, apakah itu terjadi secara kebetulan?

Kali kedua, saya diingatkan oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Pak Ridho Mashudi Wibowo. Beliau juga mengatakan hal yang kurang lebih sama, yaitu tidak ada hal yang kebetulan. Beliau kali ini memberikan contoh, suatu saat mahasiswa bertemu dengan beliau di kampus, lalu si mahasiswa mengatakan,"Wah kebetulan bisa bertemu Bapak." Tanpa sebab musabab seseorang bertemu dengan seseorang dikatakan sebagai sebuah kebetulan. Apakah tubuh kita bergerak sendiri menuju ke kampus? Apakah otak kita punya kemampuan mengarahkan sendiri ke mana kita akan pergi tanpa kita sadari?

Sebagai orang yang beriman, kita telah memegang keyakinan bahwa takdir Allah itu ada. Tanpa mampu menjelaskan secara rasional, kita telah diberi pemahaman bahwa segala hal yang terjadi pada diri kita telah dituliskan. Dari mulai kita lahir hingga "penempatan" kita setelah hari kiamat nanti. Apakah juga kebetulan saja Allah bisa menuliskan itu semua?

Itu semua adalah takdir Allah. Namun janganlah kita takut. Meskipun takdir itu sudah tertulis. Kita masih punya kesempatan untuk memilih. Ingatlah salah satu firman Allah yang sering disebut ketika berbicara tentang takdir:


 ۗإِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ" Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka " (Ar-Ra'd 13 : 11)

Saat kita masih bisa memilih perbuatan yang kita lakukan, berarti itulah area yang kita kuasai. Perbuatan yang kita hasilkan masih bisa kita kendalikan. Tentunya juga ada bagian yang menguasai kita, di mana kita tak punya kuasa apa-apa untuk mengontrolnya.

Sederhananya, bisa saya ilustrasikan seperti ini: Ketika kita memutuskan pergi ke kampus menggunakan sepeda, sepeda motor, atau mobil, itu merupakan pilihan kita. Ketika kita memutuskan ingin melalui jalan yang mana untuk menuju kampus, itu juga merupakan keputusan anda. Namun ketika kita mengalami kecelakaan saat berkendara ke kampus, apakah itu merupakan keputusan anda? Maka bagian saat anda mengalami kecelakaan merupakan area yang menguasai kita, sedangkan yang lainnya merupakan area yang kita kuasai.

Perlu dipahami bersama bahwa apa yang kita pilih atau apa yang kita putuskan (area yang kita kuasai) menjadi tanggung jawab anda. Artinya ketika hari kiamat nanti, kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang anda perbuat. Berbeda halnya dengan area yang menguasai kita, untuk area ini kita tidak dimintai pertanggungjawaban. Sehingga kita harus berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan, karena nantinya akan ada pertanggungjawaban atas perbuatan itu. 

Barangkali apa yang kita sebut kebetulan, merujuk pada area yang menguasai kita. Namun rasanya kurang tepat kalau itu hanya kebetulan, karena hal tersebut sudah tertulis sebelum dunia ini ada.

Jadi, tidak ada yang kebetulan, semua sudah tertulis di dalam sebuah skenario yang matang. Namun Allah Maha Adil, masih memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih perbuatan kita. Bukanlah hal yang kebetulan, saya bisa menulis tulisan singkat ini. Tentu saya harus bertanggung jawab dengan apa yang saya tulis. Ambillah hal yang baik dalam tulisan ini, jika pun masih ada kekurangan di dalam tulisan ini, maka itu datang dari saya sendiri. Hamba Allah yang masih terbatas ilmunya. 

Bukan kebetulan juga jika anda menemukan dan membaca tulisan ini. Itu sudah jadi takdir Allah..


No comments:

Post a Comment