Saturday, February 3, 2018

Melakukan Eksperimen di Fasilitas Sinkrotron Terbesar di Jepang

Sisa-sisa salju di SPring-8
Warna putih yang berasal dari sisa-sisa salju mewarnai rute perjalanan ketika kami hampir tiba di lokasi tujuan, SPring-8. Kesempatan kali ini (2 Februari 2018) adalah kali kedua saya melakukan percobaan di fasilitas sinkrotron generasi ke-3 terbesar di dunia dan tentu terbesar di Jepang. 

Lokasi fasilitas canggih yang diresmikan tahun 1997 ini berada di daerah perbukitan Harima, Prefektur Hyogo. Suhu udara musim dingin dan matahari yang nampak malu-malu adalah kombinasi yang tepat membuat saya lebih memilih beraktivitas di dalam ruangan. 

Ada banyak instrumen yang tersedia di Spring-8, instrumen yang biasa kami gunakan adalah X-ray Microtomography di BL20XU. Biasanya instrumen ini digunakan untuk memperoleh gambar tiga dimensi dari suatu material melalui bantuan sinar X-ray. 

Untuk bisa menggunakan fasilitas ini, sebelumnya kami harus mengikuti semacam kuliah atau pembekalan khusus yang berisi pemahaman dasar mengenai radioisotope dan radiasi. Saya sudah mengikutinya pada akhir tahun 2016 di Fakultas Kedokteran Kyoto University. Selain itu, tiap tahun kami harus mengikuti pembekalan ulang.

Kondisi kesehatan sebelum melakukan aktivitas yang berhubungan dengan radiasi. Kami dibekali alat yang disebut dosimeter untuk memantau paparan radiasi yang nantinya akan dialami oleh para peneliti atau mahasiswa. Semua prosedur ini harus diikuti demi keamanan dan kesehatan tentunya.

Tiba di SPring-8, kami juga harus mengikuti pembekalan sekitar 30 menit terkait prosedur standar yang berlaku di sana. Termasuk juga keamanan. Bermain dengan radiasi adalah hal yang sangat berisiko sehingga setiap orang yang melakukan percobaan harus tahu informasi ini. 

Sunday, March 5, 2017

Cara Mudah Mendapatkan Informasi Ciri Anatomi Kayu melalui Internet

Pengamatan ciri anatomi kayu (ilustrasi*)
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita bisa dengan mudah membedakan satu jenis kayu dengan jenis kayu lainnya. Misalnya, ketika anda diminta membedakan mana furnitur yang berbahan dasar kayu jati dan yang mana yang berbahan kayu sengon. Dengan modal pengetahuan dan pengalaman tentang jati dan sengon, barangkali permintaan ini tak akan sulit untuk dilaksanakan. Ada kemungkinan kita membedakan kayu tersebut berdasarkan berat, tingkat kekerasan, warna, dan teksturnya. Atau bisa saja kita tidak menyadari bagaimana kita bisa dengan mudah membedakannya. Lalu, bagaimana jika anda diminta untuk mengidentifikasi sepuluh macam furnitur dengan bahan dasar kayu yang berbeda jenis satu sama lain?

Semakin banyak jumlah jenis kayu yang harus diidentifikasi, maka tingkat kesulitan proses identifikasi akan semakin bertambah. Untungnya kayu memiliki ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Salah satu ciri yang banyak digunakan sebagai dasar untuk melakukan identifikasi kayu adalah ciri anatomi kayu. 

Thursday, September 8, 2016

Meniti Langkah ke Kyoto (bagian 2): Menghadapi Dua Pilihan

Manusia memang sosok makhluk yang unik. Ketika tidak mempunyai pilihan mereka akan kebingungan. Namun ketika dihadapkan dengan banyak pilihan, mereka tidak kalah bingung. Begitupula saya, tidak hanya satu kali menghadapi situasi yang mengharuskan saya memilih dengan segala konsekuensi baik dan buruknya. Di sinilah kita diharuskan untuk belajar memilih dengan bijak dengan tak melupakan Sang Penguasa segala urusan. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Meniti Langkah ke Kyoto (bagian 1)

Sunday, July 17, 2016

Meniti Langkah ke Kyoto (bagian 1)

Pagi itu, aku mengayuh sepeda seperti biasanya menuju kampus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Mengendarai sepeda mungkin terlihat kuno di tengah modernitas zaman. Namun, selalu ada alasan baik untuk mengendarai kendaraan roda dua ini. Selain berolahraga secara gratis, saya juga bisa lebih santai menikmati perjalanan. Aktivitas warga Jogja tampak lebih dinamis jika dilihat sambil mengendarai sepeda.

Rimbunnya pepohonan menjadi penanda tibanya di Fakultas Kehutanan. Waktu itu tidak sengaja memperhatikan spanduk yang dipasang di tempat yang biasa digunakan untuk memasang pengumuman. Spanduk yang warna didominasi oleh warna abu-abu itu mengangkat judul International Workshop on Conservation of Archaeological Waterlogged Wood yang diadakan di UGM, tanggal 19 Januari 2015. Berhubung kuliah S1 saya berhubungan dengan kayu, rasa tertarik tiba-tiba muncul. Rasa penasaran itu membuat saya mencari informasi lebih lanjut tentang acara itu.

Saturday, April 2, 2016

Bertualang ke Florence bersama Langdon


Penampakan novel Inferno
Sumber; Koleksi Pribadi
Terbangun di rumah sakit yang berada di luar negeri membuat Robert Langdon, seorang Profesor bidang ikonologi dan simbologi dari Universitas Harvard, benar-benar kebingungan. Dia terbangun di Florence, Italia, setelah mengalami mimpi buruk yang benar-benar berbekas di memorinya. Baru saja terbangun dia  harus menghadapi ancaman dari seseorang yang mencoba merenggut nyawanya.

Kali ini Dan Brown kembali lagi dengan kisah-kisah thrilller dengan tetap menghadirkan Robert Langdon sebagai tokoh utama. Novel ini telah lama terbit, namun kebetulan saya baru bisa menyempatkan waktu untuk menyelesaikan review ini. Brown tak pernah berhenti menampilkan sosok Langdon sebagai seorang profesor yang selalu cerdas memecahkan teka-teki berhubungan dengan simbol-simbol. Saking cerdasnya saya berpikir, apa mungkin ada orang akademisi secerdas itu yang otaknya seolah-olah seperti komputer kecepatan tinggi yang bisa mengakses ingatan dengan cepat setelah melihat fakta-fakta yang dia temukan. Jika ada yang menyukai tv serial Perception, Robert Langdon mirip seperti tokoh Daniel Pierce (diperankan oleh Eric McCormack). Bedanya, Daniel Pierce ahli neurosains yang juga dosen dan sering dimintai oleh FBI untuk memecahkan kasus-kasus yang diduga pelakunya menderita kelainan syaraf. Daniel Pierce juga menunjukkan kecerdasan luar biasa yang bisa mendiagnosis berbagai kelainan syaraf secara tepat. Andai di Indonesia bisa menemukan profesor-profesor seperti mereka.

Thursday, February 25, 2016

Pergi untuk Kembali - Versi PK-50 Jogja dan Sekitarnya

Halo.. terima kasih sudah meng-klik link yang saya berikan di notes nya. Setidaknya membuktikan kalau kalian penasaran sama pesan-pesan dari saya. Hitung-hitung sekalian promo dan mengaktifkan blog. Luar biasa teman-teman awardee PK-50 Jogja (dan sekitarnya) yang sejak Oktober lalu saling kenal dan sampai sekarang masih terus kontak (terima kasih Menyapa Indonesia yang memberikan kesempatan untuk itu). 

Tanpa berbasa-basi, ini pesan buat teman-teman ya. 


Buat Yhone Arialistya
Luar biasa wakil ketua Menyapa Indonesia PK-50 ini. Pertama kali bertemu saat kopdar bareng PK-50 Jogja versi awal. Kita berhasil memecahkan rekor sebagai regional yang pertama kali kopdar. Sebuah pencapaian yang luar biasa. 
Selamat menjadi mahasiswa, semoga nantinya menjadi ahli entomologi handal yang disegani. Lulus tepat waktu dan bisa melanjutkan lagi S3 nantinya (semoga bisa melebarkan sayap ke abroad ya!). Tapi jangan lupa sebelum lanjut S3, nikah dulu ya. Semoga segera menemukan sang jodoh yang lama dinanti.



Buat Bagus Gilang Pratama 
Selamat datang di kehidupan Jogja Mr. Begal (dibaca seperti baca bebek). Sejauh mata memandang, kayaknya kamu menikmati banget hidup di kota ini. Akhirnya dapat menghilangkan image awardee yang selalu sendiri. Di Jogja nampaknya akan semakin rame dengan kedatangan teman-teman yang kuliah di UGM.Semoga berhasil meyakinkan kanjeng mami untuk berkeluarga saat kuliah. 
Sesekali minta bantuan lagi untuk mengantarkan rekan-rekan yang mau mengajar, semoga mendapat balasan yang setimpal buat kebaikannya. 
Selesai S2, semoga langsung mendapat tempat yang pas, entah lanjut kuliah di King Saud atau jadi dosen di Lampung sana. Insya Allah kalau rizki nggak ke mana. Jangan beralih profesi jadi BEGAL!

Sunday, March 1, 2015

Sembilan Nyawa Allan Karlson (Sebuah Resensi)

Judul Novel: The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Dissapeared
Diterjemahkan dari “The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Dissapeared”
Penerbit: Bentang
Penulis: Jonas Jonasson
Penerjemah ke dalam Bahasa Indonesia: Marcalais Fransisca
Editor: Ade Kumalasari

Kali pertama membaca judul novel ini, entah kenapa intuisi ini begitu yakin bahwa novel ini layak untuk dibaca. Judulnya yang panjang “The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Dissapeared” (terjemahan kasar saya Pria Berumur 100 Tahun yang Memanjat Keluar melalui Jendela dan Menghilang) telah menunjukkan aroma komedi yang kental dalam novel ini. Meskipun tak sekalipun pernah membaca review tentang novel ini, setelah membaca sinopsis singkat pada sampul belakang saya nampak begitu yakin untuk membelinya.

Novel ini dikarang oleh Jonas Jonasson, seorang penulis Swedia, dengan judul asli “Hundaåringen som klev ut genom fönstret och försvann”.  Apa yang ditawarkan oleh novel ini bukan sekedar menyaksikan perjalanan seorang pria tua yang melarikan diri lewat jendela. Jonasson akan  mengajak kita berkelana ke masa muda dari sang pria tua, Allan Karlson yang penuh dengan petualangan menantang.

Impresi pertama terhadap sosok Allan Karlson adalah umurnya yang tergolong panjang hingga mencapai 100 tahun. Bukanlah satu hal yang umum, ketika seorang manusia berhasil mencapai umur 100 tahun. Kejadian langka ini mendorong warga kota Malmköping untuk merayakan ulang tahun Allan yang ke 100 pada 2 Mei 2005 di Rumah Lansia tempat Allan tinggal. Tetapi sayangnya Allan tidak begitu berniat untuk merayakannya, kehidupan di Rumah Lansia saja sudah membuatnya muak.

Dia sebenarnya tak pernah tahu ke mana ia akan menuju. Hanya mengandalkan uang yang ada di sakunya untuk membawa dia sejauh mungkin dari kota Malmköping. Dalam pelariannya, Allan iseng membawa kabur koper seorang anggota geng, walaupun sebenarnya Allan tidak tahu apa isi koper tersebut. Itulah awal petualangan gila dari Allan yang ternyata telah cukup beruntung (kali ini beda tipis dengan apes) membawa koper yang berisi uang. Hal ini menyebabkan dia terus diburu oleh para anggota geng Never Again yang menginginkan uang itu kembali. Di satu sisi, Allan juga berada dalam pengejaran sang inspektur polisi yang ingin membawa Allan pulang. Keberuntungan selalu membayangi Allan, dalam perjalanan dia selalu lepas dari hal-hal yang mengancam nyawanya dan menemukan teman-teman baru yang mau saja ditawari bagian dari uang dalam koper tersebut.

Hampir serupa dengan Forrest Gump, Allan juga adalah sesosok manusia yang memiliki banyak peran penting dalam sejarah dunia abad ke-20. Sembari petualangan masa tuanya terus berlanjut Jonasson selalu membubuhkan cerita masa lalu Allan. Masa muda Allan termasuk memprihatinkan. Kehilangan ayah dan ibu pada umur yang relatif muda. Keahliannya merakit peledak pada usia muda nampaknya sangat berperan dalam menentukan masa depannya, termasuk juga harus membuatnya rela dikebiri. Dia menjadi juru ledak pasukan republikan pada revolusi Spanyol, sayangnya dia begitu gampang berpindah ke pihak lain (nasionalis). Bukannya dia ingin berkhianat, tapi karena memang dia tidak begitu bersemangat dengan urusan politik. Hal itu terus berlanjut, sehingga dia pernah bersahabat dengan Harry Truman (AS), selamat dari kecurigaan Kim Il Sung (Korea Utara), menjadi orang yang berjasa pada Mao Tse Tung (Tiongkok), menyelamatkan Winston Churchill (Inggris) dari rencana pembunuhan terhadap dirinya, berpesta pora dengan Stalin (Rusia). Uniknya, kita juga akan menikmati Indonesia versi Jonasson. Allan sempat tinggal di Bali untuk waktu yang cukup lama. Rasa-rasanya akan lebih baik saya simpan saja bagaimana Jonasson mengambarkan situasi perpolitikan di Indonesia.

Kelucuan dalam novel ini bukanlah dari lelucon-lelucon lucu dari para tokohnya, melainkan dari interaksi-interaksi antar tokoh yang tergolong aneh yang sering membuat saya sendiri “gregetan.” Entah karena unsur keluguan, ketidaksengajaan, keberuntungan kebodohan, maupun kekompakan yang dapat kita temukan pada tokoh-tokoh tersebut. Setiap tokoh dalam novel ini tidak pernah menjadi sosok misterius bagi kita, Jonasson telah dengan senang hati mengorek kembali masa lalu setiap tokoh sehingga nampak jelas seperti apa peran yang akan dimainkan  para tokoh dalam perjalanan si tua Allan.

Apakah pada akhirnya Allan akan mati? Bagaimana nasib uang yang telah “dicuri” oleh Allan? Apakah sang inspektur berhasil membawa Allan pulang ke Rumah Lansia?

Baca cerita lengkapnya dalam novel “The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Dissapeared”. Bagi anda yang tidak suka membaca novel, filmnya juga sudah ditayangkan dengan judul "The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Dissapeared”

Saturday, February 21, 2015

Demi Sebongkah Belerang

Tidak jarang kita masih memandang heran terhadap jalan hidup yang dipilih orang lain. "Kenapa sih mau-maunya kerja di tempat kayak gitu?", "Kenapa sih nggak sekolah yang tinggi?", "Kenapa sih capek-capek ngeluarin duit buat bayar sekolah sama kuliah?". Berbagai bentuk rasa heran semacam itu acapkali masih bisa kita dengar di tengah heterogenitas masyarakat. Pekan lalu saya mencoba melihat salah satu jalan hidup yang tak kalah mengherankan "bagi saya", penambang belerang tradisional. 
Kawah Ijen dengan danau belerang di tengahnya

Tahun 2012, saya menyaksikan tayangan dokumenter "Working Man's Death: Ghosts" yang ditayangkan oleh Al Jazeera. Tayangan ini menceritakan betapa berbahayanya kehidupan para penambang belerang di kawasan Ijen yang berada di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Barangkali tidak hanya tayangan dokumenter ini yang menyorot tentang kehidupan penambang belerang tradisional di Ijen dan obyek wisata Ijen, sehingga wajar cukup banyak wisatawan memasukkan Ijen sebagai destinasi mereka. 

Monday, August 4, 2014

Status Saya Saat Ini? Pengangguran?

Berhasil mendapatkan gelar sarjana barangkali tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Apalagi pada bidang yang bukan merupakan bidang yang saya gemari sejak kecil. Pertanyaan-pertanyaan seputar pekerjaan atau kesibukan saat ini mulai sering saya dapati. Cukup membingungkan memang status saya saat ini. Mahasiswa bukan, pekerja tetap juga bukan. 

Sebenarnya saat ini saya sudah punya kesibukan di dua tempat. Pertama, di Subdirektorat Urusan Internasional yang berada di bawah koordinasi Wakil Rektorat Bidang Kerjasama dan Alumni UGM. Kedua, saya juga menjadi asisten untuk urusan-urusan penelitian dosen pembimbing skripsi saya, Dr. Widyanto Dwi Nugroho. Percayalah, punya pekerjaan di dua tempat sekaligus bukanlah hal yang mudah. Butuh fokus untuk mengerjakan keduanya.

Monday, April 14, 2014

Kerjakan Sesuatu dengan Sebaik-baiknya

Kembali lagi puasa menulis menjangkiti diri ini. Entah karena terlalu asik "bercinta" dengan skripsi atau karena gangguan-gangguan lain yang lebih "menggoda" daripada sekedar update blog ini. Karena hubungan saya dengan skripsi sudah hampir selesai, sudah saatnya mengakhiri mati suri atau juga bisa disebut hibernasi menulis ini.

Tulisan ringan ini sekedar untuk memberitahu kepada pembaca bahwa sang penulis Catatan Rimbawan masih hidup dan terus berusaha untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya. Yah, jangan sampai kalah dengan para blogger yang selalu "istiqomah" dan blogger-blogger baru yang bermunculan dengan gayanya masing-masing.

Adakah pembaca yang pernah mendengar nasihat berikut:
"Kerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya"
Nasihat singkat ini berkali-kali saya dengar dari salah seorang dosen. Sampai-sampai ketika saya melihat dosen tersebut yang ada di pikiran saya adalah nasihat ini. Dosen tersebut bernama Dr. Sri Nugroho Marsoem yang merupakan seorang dosen senior di bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM. 

Beliau mencontohkan salah satu alumni UGM yang awalnya bekerja di bagian persuratan pada suatu institusi, di mana tugasnya menyortir surat-surat yang masuk dan keluar. Nampaknya memang bukan pekerjaan yang menyenangkan. Namun alumni tersebut mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Sambil melakukan pekerjaannya dengan baik, beliau juga belajar dari isi surat-surat tersebut. Pengabdian berbuah manis, beliau pun pada akhirnya memimpin institusi tersebut. Beliau banyak belajar dari surat-surat tersebut dan pada akhirnya mampu memimpin institusi itu dengan baik. 

Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya ketika saya harus kebagian mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak saya sukai. Selama itu bukan tindakan yang bertentangan dengan agama, rasanya tidak ada alasan yang pantas bagi saya untuk tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Oleh karena itu nasihat itu terus saya pegang saat mengerjakan berbagai hal, entah itu laporan praktikum, tugas kuliah, tugas dakwah, tugas desain, bahkan skripsi. Ternyata beberapa kali saya membuktikan bahwa tidak ada ruginya mengaplikasikan nasihat tersebut. Terakhir saya merasakan dampak yang luar biasa dari nasihat ini ketika mengerjakan skripsi.
Berfoto bersama dengan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Dari kiri ke kanan: Dr. Widyanto Dwi Nugroho, Dr. Sri Rahayu, saya  sendiri dan Dr. Sri Nugroho Marsoem

Memang konsekuensi logis dari mengerjakan sesuatu dengan sebaiknya-baiknya adalah waktu pengerjaan yang lebih lama. Itu juga terjadi pada waktu saya mengerjakan skripsi, walaupun faktor kemalasan juga tidak bisa diabaikan :P. Namun saya akhirnya menyadari bahwa keseriusan saya dalam mengerjakan skripis bisa berbuah manis ketika skripsi saya hanya perlu direvisi satu kali ketika disetor ke dosen pembimbing. Padahal teman-teman yang lain harus bolak-balik revisi untuk mendapat ACC dari sang dosen pembimbing. 

Tidak berhenti sampai di situ, ketika draft skripsi saya sampai di tangan salah satu calon dosen penguji. Beliau menyukai tulisan saya karena apa yang saya tulis tidak sembarangan. Setidaknya ada angin segar sebelum saya menjalani sidang, maklum dosen yang satu ini dikenal sebagai dosen yang perfeksionis dan sangat teliti dalam mengoreksi "mahakarya" para mahasiswa. Mendengar pujian beliau seolah-olah menjadikan saya sedikit aman dari serangan beliau saat sidang pendadaran. Benar saja, beliau tidak menyerang saya dengan bahasa-bahasa yang tidak mengenakkan hati, melainkan hanya ingin meluruskan apa yang saya tulis karena memang pada beberapa bagian masih kurang tepat. Nah pasca sidang pendadaran pun saya mendapatkan kemudahan saat merevisi skripsi saya. Pada saat saya mengumpulkan hasil revisi saya, ternyata saya hanya diminta untuk menambahkan 1 kalimat dan memperbaiki layout gambar dan setelah itu bisa di-ACC! Padahal mahasiswa-mahasiswa lain harus bolak balik revisi untuk mendapatkan ACC beliau. Bahkan saya dipercaya untuk membantu peng-editan draft buku yang sedang ditulis beliau.

Inilah sedikit pengalaman saya yang berkaitan dengan nasihat tersebut. Oleh karena itu, saya pikir tidak ada salahnya untuk terus mempraktekkan nasihat ini. Tentu saja mengerjakan sesuatu dengan baik tidaklah sama dengan mengerjakan sesuatu terlalu lama. Pekerjaan yang baik juga harus dibarengi dengan ketepatan waktu dalam mengerjakannya. Saya rasa pembaca pun juga layak untuk mencoba nasihat ini. 







Sunday, February 16, 2014

Terima Kasih Abu Atas Tegurannya

Pemandangan di depan rumah kami saat hujan abu terjadi
Tiga hari ini bukanlah hari-hari yang nyaman untuk dilalui. Harus berjibaku dengan abu bukanlah hal yang kami (warga Yogyakarta) harapkan. Kiriman kilat abu vullkanik dari Gunung Kelud yang meletus pada Kamis malam (13/2) membuat aktivitas di Yogyakarta menjadi cukup carut marut saat Jumat pagi (14/2)

Hari Jumat itu sangat sulit menemukan warung makan. Kalau KFC sih buka, tapi apa rela?? Entah kenapa harus berpikir berkali-kali untuk makan di sana. Belum lagi harus menunaikan kewajiban mendistribusikan buletin Jumat ke masjid-masjid yang tentu saja mengharuskan saya keluar rumah. 

Jika diminta untuk membandingkan kondisi abu di Jogja saat ini dengan suasana Jogja saat letusan Merapi tahun 2010. Rasanya masih lebih baik saat tahun 2010.

Namun seharusnya tidak  ada alasan bagi kami untuk mengeluh, toh kami hanya menerima abu dan tidak ada alasan yang memaksa kami untuk mengungsi ke tempat lain.

Lain halnya dengan warga yang berada dekat dengan Gunung Kelud yang terpaksa harus mengungsi mencari tempat naungan yang aman. Jauh dari kenyamanan dan kehangatan rumah. Berkumpul bersama pengungsi-pengungsi lainnya berharap kabar baik segera datang agar mereka bisa kembali pula.. Harus rela meninggalkan aktivitas rutin mereka agar tetap bisa bertahan hidup.

Bencana yang cukup besar belakangan ini juga terjadi di Sinabung, Jakarta, Pati, Kudus, Kebumen, Manado dan daerah-daerah lain.  Adanya berbagai bencana yang silih berganti memberikan sebuah pelajaran penting bagi kita. Bahwa alam tak akan sepenuhnya bisa dijinakkan oleh manusia dan dipermainkan begitu saja oleh manusia. Bencana juga memberikan pelajaran bahwa manusia bisa kehilangan nyawanya kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja. Sehingga jangan sampai hidup yang hanya sekali ini benar-benar kita manfaatkan dalam kesia-siaan. Tak ada yang menjamin esok hari kita masih mampu membuka mata kita.

Terima kasih abu atas tegurannya....
kartun oleh Mice




Sunday, January 19, 2014

Wakil Rakyat


Rasanya saya tidak perlu banyak berkomentar tentang video yang terlampir pada entri kali ini. Video di atas merupakan wawancara kepada salah satu calon anggota DPR dari PPP, Angel Lelga, pada acara Mata Najwa. Jika anda ingin melihat bagaimana kualitas calon anggota legislatif yang akan berlaga pada Pemilu tahun ini rasanya tidaklah salah jika anda menyaksikan video ini. :)