Friday, January 18, 2013

The Aleph (Sebuah Resensi)

Aleph
Penulis: Paulo Coelho
Penerjemah ke Bahasa Inggris: Margaret Jull Costa
Vintage ISBN: 978-0-307-95069-7
Penerbit: Vintage Books
Jumlah halaman: 26
Kali ini saya akan mereview novel berbahasa asing yang berjudul The Aleph karya Paulo Coelho. Bahasa asli novel ini adalah bahasa Portugis, yang diterjemahkan oleh Margaret Jull Costa ke dalam bahasa Inggris.

Nampaknya penggemar novel di Indonesia tidak asing lagi dengan nama Paulo Coelho. Karyanya yang lain yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sudah cukup banyak. Di antaranya Sang Alkemis, Ziarah, Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis
Veronica Decides to Die, Sebelas Menit, Zahir, Iblis and Miss Prym, Brida, Sang Penyihir dari Portobello, Gunung Kelima, Seperti Sungai yang mengalir dan Sang Pemenang Berdiri Sendirian.

Novel ini berbeda dengan novel-novel Paulo sebelumnya. Di Aleph, tokoh utamanya adalah Paulo sendiri. Paulo menceritakan perjalanan yang ditempuh oleh Paulo karena dia sedang mengalami krisis atas keyakinannya. Ada suatu pertanyaan yang membuatnya sangat galau.



Atas saran J., guru spiritualnya dan Paulo menyebutnya sebagai Master, Paulo akhirnya berkomitmen untuk melakukan perjalanan. Demi melaksanakannya, Paulo melakukan hal yang tak biasa. Dia menyetujui setiap tawaran untuk melakukan kunjungan ke beberapa negara yang telah menerbitkan bukunya. Agennya, Monica, menganggap apa yang dilakukan oleh Paulo adalah hal yang gila. Paulo telah memutuskan mengunjungi 6 negara dalam waktu yang relatif singkat, bahkan di Rusia dia berharap bisa melintasi Moscow (sebelah barat) hingga Samudera Pasifik dengan menggunakan kereta api. Ya.. Samudera Pasifik berada di timur Rusia dan anda tahu betapa luasnya negara Rusia.

Jalur Kereta Api Trans-Siberian

Di setiap negara yang dikunjunginya, akan diadakan sesi penandatanganan buku dan juga diadakan pesta setelahnya. Dari pesta itu Paulo berharap bisa bertemu dengan orang-orang yang belum pernah ditemuinya, yang bisa saja akan membantunya menemukan jawaban yang ia cari. Awalnya Paulo ditemani istrinya untuk melakukan kunjungan ke enam negara itu, namun saat di Tunisia mereka berpisah dan berharap bisa bertemu  di Jerman saat pertandingan pertama di World Cup 2006.

Saat di Rusia dia bertemu dengan Hilal, wanita misterius berumur sekitar 20 tahun yang juga menjadi tokoh utama pada novel ini, yang datang pertama kali saat Paulo berada di salah satu hotel di Moscow. Awalnya Paulo acuh tak acuh atas keberadaan Hilal. Hilal sendiri datang karena dia menganggap bahwa  Paulo telah menolongnya melalui buku yang telah ditulisnya pertama kali. Sehingga Hilal merasa juga harus melakukan hal yang sama kepada Paulo, yaitu dia ingin menolong Paulo yang saat itu sedang memerlukan pertolongan. Dia datang untuk menyalakan api keramat. Namun Paulo tidak menganggapnya serius.

Pada saat sesi penandatanganan dia muncul lagi. saat itu dia memainkan lagu dengan biolanya, ya dia memang seorang violinis hebat. Dia sangat ingin menemani Paulo, Paulo akhirnya mengizinkannya menghadiri makan makam bersama Duta Besar Brazil (Paulo adalah orang Brazil). Namun ternyata tidak cukup hanya ikut menemani makan malam, Hilal masih terus memohon agar bisa menemani Paulo.

Akhirnya Paulo bersedia mengajaknya ikut serta dalam perjalanan kereta api di jalur Trans-Siberian yang melintasi Moscow hingga Vladivostok yang menempuh jarak 9288 km dan dengan perbedaan waktu 7 jam! Paulo ditemani oleh Yao sang penerjemah, Editor, dan Penerbit. Dalam perjalanannya, Paulo akan menyinggahi kota-kota yang berada di sepanjang jalur Trans-Siberian, terkadang mereka berhenti dan menginap di hotel yang berada di kota pemberhentian.

Saat dalam perjalanan Trans-siberian, Paulo menyadari bahwa ada yang berbeda dari Hilal. Paulo menyadari bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya di kehidupan yang lain. Dalam novel ini, Paulo memang mempercayai adanya reinkarnasi, di mana setelah kita mati kita akan terlahir lagi sebagai orang lain dan kita pernah hidup di masa lalu sebagai orang lain.

Paulo menyadari bahwa di masa lalu, pernah terjadi tragedi pada 8 orang wanita dan dia terlibat dalam tragedi itu. Namun dia tidak tahu apa tragedi itu. Ternyata Hilal adalah salah satu dari 8 orang wanita itu. Pertama kalinya dia menyadari bahwa Ia pernah bertemu dengan Hilal adalah ketika dia memandang Hilal dan terjadilah apa yang disebut Aleph.

Aleph adalah suatu titik di mana apapun berada pada ruangan waktu yang sama. Saat mengalami aleph kita akan melihat banyak hal dalam waktu yang bersama, Paulo menuliskan ia melihat gajah di Afrika, unta di gurun, orang-orang bercengkrama  di bar di Buenos Aires, anjing menyeberang jalan, kuas yang dipegang oleh wanita yang sedang menyelesaikan lukisan bunga mawar, salju meleleh di atas gunung di Swiss, Biarawan menyanyikan lagu pujian yang eksotik, peziarah tiba di katedral  di Santiago de Compostela, gembala dengan domba-dombanya, tentara yang baru terbangun dan bersiap untuk perang, ikan di samudera, kota dan hutan di dunia. Seolah-olah ada pintu-pintu yang terus membuka.


Bersama Hilal, Paulo mencoba memasuki pintu yang akan mengantarkannya ke masa lalunya. Saat mereka melakukan itu, maka akan muncul cincin api yang bolak balik menyusuri tubuh mereka hingga akhirnya Paulo, dapat melihat masa lalunya dan mencoba mencari jawaban yang membuatnya penasaran.

Paulo ternyata pernah hidup ratusan tahun yang lalu di masa inkuisisi di Spanyol atau lebih tepatnya di Cordoba. Saat itu Paulo adalah seseorang yang mengabdi kepada gereja. Saat itu ada aduan mengenai 8 orang wanita yang terlibat praktek sihir. Sihir dianggap sebagai bid'ah, siapa pun yang melakukannya akan dihukum berat. Aduan itu disampaikan oleh seorang petani di muka umum yang menunjukkan bahwa aduan itu tidak bisa dianggap sepele. Paulo masa lalu mengenal baik salah satu wanita yang dituduh. 

Orang tua si wanita, keluarga yang kaya raya dan bermartabat, memohon kepada Inkuisitor agar putri mereka tidak dihukum. Karena mereka menganggap putri mereka tidak melakukan praktek sihir. Paulo masa lalu yang posisinya berada di bawah sang Inkuisitor mengalami tekanan yang sangat, karena dia pernah menghabiskan waktu bersama wanita itu. Bahkan Paulo masa lalu telah jatuh hati kepada wanita itu, namun dia tak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan wanita itu dari hukuman. Paulo masa lalu bimbang apakah benar si wanita melakukan praktek sihir?

Sang penerjemah, Yao, cukup banyak memberi pelajaran-pelajaran tentang hidup kepada Paulo. Termasuk juga berlatih aikido bersama. Yao telah kehilangan istrinya, namun dia tidak mau menerima kehilangannya. Saat di Ekaterinburg, Yao pernah mengajak Paulo berpura-pura menjadi pengemis, dan Yao memberitahu bahwa uang sedekah merupakan perantara antara dua orang yang saling membutuhkan yaitu pengemis dan sang pemberi sedekah. Hal tersebut membuat keseimbangan terjadi dalam kehidupan. Suatu saat dalam novel ini, Yao pernah mengajak Paulo bertemu dengan Shaman, semacam dukun di Rusia. Anda akan mengetahui seperti apa dukun di Rusia, ya praktek perdukunan tidak hanya ada di Indonesia.

Novel ini sarat dengan makna-makna kehidupan. Tidak sekedar catatan tentang perjalanan. Paulo dengan cerdas membungkus cerita perjalanannya menjadi sebuah novel yang bermutu. Terkadang kita memang perlu melakukan sesuatu yang tak biasa, karena dengan hal itu kita akan belajar hal yang baru dan lebih bermakna, seperti itulah yang dialami oleh Paulo. Kita akan melihat bagaimana Paulo berinteraksi dengan orang baru dan mengunjungi tempat-tempat yang tidak pernah dikunjunginya. Pelajaran lain yang bisa didapat dari novel ini adalah pelajaran geografi. Kita akan tahu tahu betapa luasnya Rusia.

Ini hanya sekilas review dari novel The Aleph. Tentunya tidak akan menarik jika saya tulis seluruh ceritanya. Anda bisa membeli The Aleph di toko buku Periplus terdekat, untuk di Yogyakarta anda bisa datang ke Malioboro Mall dan Bandara Adi Sucipto. Jika ingin mendapatkan versi Bahasa Indonesia-nya, maka berharaplah agar segera ada yang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia.

Komentar tentang novel ini:
The Aleph was about two to three centimeter in diameter, but all of cosmic space was there, with no dimunition in size. Each thing was infinite, because I could clearly see it from every point on the universe

Jorge Luis Borges, The Aleph
 
P.S: saya membutuhkan waktu 1 bulan 17 hari untuk membaca novel ini, bukan karena tebalnya tapi karena ini bahasanya. Ini untuk pertama kalinya saya bisa menyelesaikan secara tuntas membaca novel berbahasa Inggris. Saya pikir membaca novel berbahasa Inggris dapat cukup membantu untuk belajar bahasa Inggris.

No comments:

Post a Comment