Thursday, March 28, 2013

Meraih Manfaat dari Kayu Bekas (tentang Praktek Industri Hasil Hutan)

Sebagai mahasiswa yang berkewajiban menyelesaikan satu demi satu kewajiban studinya, Alhamdulillah saya telah melaksanakan praktek industri hasil hutan atau kami biasa menyebutnya PI. Saya bersama empat orang lainnya mendapat kesempatan PI di PT. Ide Studio Indonesia yang berlokasi di Jalan Parangtritis Km.8 Cabeyan, Sewon, Bantul. Perusahaan ini bergerak dalam produksi mebel yang menggunakan bahan baku utama kayu jati bekas. Rekan-rekan mahasiswa teknologi hasil hutan yang lain banyak memilih untuk melaksanakan PI di luar kota, seperti Lumajang, Probolinggo, Gresik, dan Solo. Namun dengan alasan rasa"penasaran" dengan perusahaan ini, saya dan rekan sekelompok lebih memilih mencoba melaksanakan PI di PT. Ide Studio Indonesia. Setidaknya rasa penasaran itu kini terbayar sudah.

Direktur perusahaan ini adalah Ibu A. Sita Revuelta dan suaminya sendiri yang menjadi komisaris, Hugues Revuelta. Hugues atau yang biasa disapa Hugo adalah seorang warga negara Perancis. Ibu Sita yang merupakan alumnus Desain Interior Institut Seni Indonesia ini mengawali bisnis dengan trading mebel ke luar negeri. Trading yang dimaksud di sini adalah, orderan yang mereka terima dari konsumen dikerjakan oleh orang lain. Namun atas dasar idealismenya, Ibu Sita akhirnya mencoba terjun ke manufaktur mebel hingga saat ini.



Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan ini terbilang unik. Mereka menggunakan kayu jati bekas sebagai bahan bakunya. Kayu jati bekas tersebut biasanya diperoleh dari bongkaran-bongkaran rumah lawas. Kecenderungan orang Indonesia yang menganggap modern itu adalah  bangunan-bangunan beton malah menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan.

Awalnya, alasan penggunaan kayu jati bekas lebih didasarkan oleh keunikan dari penampakan dari kayu tersebut. Namun belakangan, kepedulian Ibu Sita terhadap kelestarian hutan membuatnya semakin yakin penggunaan kayu jati bekas merupakan pilihan yang tepat. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan ini sudah memiliki sertifikat FSC (Forest Stewardship Councill) khusus untuk penggunaan bahan baku 100% kayu jati bekas. Padahal untuk mendapatkan sertifikat FSC, perusahaan harus merogoh kocek lebih dalam. Namun setelah berjalan, ternyata FSC lah yang membantu PT. Ide Studio Indonesia menemukan pelanggannya. Isu lingkungan yang semakin panas membuat perusahaan yang memiliki sertifikat ekolabel dinilai memiliki nilai tambah dibandingkan perusahaan yang belum memiliki sertifikat.

Kayu-kayu lain yang digunakan sebagai bahan baku di antaranya adalah black walnut, white oak, kayu bekas palet, mindi dan lain-lain. Untuk kayu walnut dan oak sendiri merupakan kayu yang didapatkan dari importir. Jenis kayu tersebut dapat dikatakan sebagai "jati" bagi orang barat. Jika dilihat penampakan kayunya, walnut dan oak memang memiliki penampakan yang indah. Sehingga wajar jika konsumen menyukai produk yang menggunakan bahan baku dari kayu tersebut.

Dalam PI ini saya tidak sendiri. Empat orang rekan yang membersamai saya kali ini adalah Rudy, Mindoro, Umi, dan Aris.Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Sita dan segenap karyawan PT. Ide Studio Indonesia atas bantuan-bantuan yang sangat berharga ini. Semoga PT. Ide Studio Indonesia bisa semakin maju dan sukses!


No comments:

Post a Comment